Denting.id – Rezim Presiden Bashar al-Assad, yang selama lebih dari satu dekade bertahan dengan dukungan militer Iran dan Rusia, akhirnya runtuh dengan cepat pada Minggu pagi, 8 Desember 2024. Pasukan oposisi berhasil menguasai Damaskus, ibu kota Suriah, memaksa Assad melarikan diri ke Rusia, di mana dia dan keluarganya diberi suaka politik. Keruntuhan rezim ini mengakhiri perang saudara berdarah yang telah berlangsung selama 13 tahun, menewaskan lebih dari setengah juta orang dan memaksa 6,8 juta warga Suriah menjadi pengungsi.
Faktor-Faktor Utama Penyebab Kejatuhan Assad
1. Krisis Ekonomi yang Parah
Suriah menghadapi krisis ekonomi yang melumpuhkan, dengan perekonomian yang selama ini bergantung pada perdagangan ilegal captagon. Kondisi ini membuat rakyat Suriah semakin tertekan secara finansial, memunculkan ketidakpuasan luas terhadap pemerintahan Assad. Para tentara dan aparat keamanan, yang sudah kehilangan motivasi akibat buruknya kondisi logistik dan moral, memilih menyerah atau melarikan diri ketika pasukan pemberontak menyerbu wilayah yang sebelumnya dikuasai pemerintah.
2. Hilangnya Dukungan Sekutu Kunci
Keberhasilan Assad mempertahankan kekuasaannya sebelumnya sangat bergantung pada bantuan Rusia, Iran, dan milisi Hizbullah. Namun, dinamika geopolitik membuat sekutu-sekutu ini mengalihkan fokus mereka:
- Rusia terjebak dalam konflik berkepanjangan di Ukraina sejak 2022, sehingga tidak dapat menyediakan dukungan udara yang signifikan untuk rezim Assad.
- Iran dan Hizbullah di Lebanon menghadapi serangan intensif dari Israel, yang melemahkan jaringan logistik dan jalur suplai mereka di Suriah.
- Ketiadaan dukungan dari sekutu-sekutu utama ini membuat pasukan Assad, termasuk unit elite seperti Divisi Lapis Baja Keempat dan Pengawal Republik, tidak berdaya menghadapi serangan mendadak dari pemberontak.
3. Strategi Mendadak Pemberontak
Pada akhir November, kelompok pemberontak melancarkan serangan besar-besaran yang berhasil merebut kota Aleppo, salah satu pusat kekuatan Assad. Dengan koalisi baru yang lebih terorganisir, mereka memanfaatkan kekosongan yang ditinggalkan oleh sekutu Assad untuk maju dengan cepat, akhirnya merebut Damaskus tanpa banyak perlawanan berarti.
Baca juga : Presiden Bashar Al-Assad Kabur ke Moskow Setelah Digulingkan Pemberontak
Peran Serangan Israel
Selama beberapa bulan terakhir, Israel meningkatkan serangan terhadap kelompok pro-Iran di Suriah. Ini menciptakan celah besar dalam dukungan militer untuk rezim Assad. Gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah di Lebanon bulan lalu juga memungkinkan pemberontak Suriah untuk bergerak lebih agresif tanpa risiko intervensi besar-besaran dari milisi pro-Iran.
Akhir dari Era Assad
Bashar al-Assad, yang mulai menjabat pada tahun 2000 menggantikan ayahnya Hafez al-Assad, menyaksikan akhir rezimnya setelah 53 tahun kekuasaan keluarga Assad. Runtuhnya rezim ini menandai babak baru bagi Suriah, meskipun masa depan negara ini masih penuh ketidakpastian di tengah reruntuhan perang saudara yang panjang.