JAKARTA (Denting.id) – Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuabi, menjelaskan bahwa pasar merespons positif langkah Indonesia menjadi anggota penuh BRICS. “Keanggotaan Indonesia di BRICS meningkatkan posisi tawar Indonesia di mata global, khususnya OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development),” ujar Ibrahim dalam keterangan resminya di Jakarta.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menunjukkan penguatan signifikan, ditutup menguat 55 poin atau 0,34 persen pada Selasa (7/1/2025). Penguatan ini didorong salah satunya oleh keputusan strategis Indonesia bergabung ke dalam kelompok ekonomi BRICS, yang mencakup Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan.
Menurutnya, langkah ini membuka peluang kerja sama strategis di berbagai bidang seperti teknologi, ketahanan pangan, dan perubahan iklim. “Keputusan ini memperluas pengaruh Indonesia dan memperkuat posisinya di kancah internasional,” tambahnya.
Baca juga : RI Resmi Gabung BRICS: Kekuatan Ekonomi Kolektif Capai Rp 464.000 Triliun
Dedolarisasi dan Dampaknya
Keputusan Indonesia masuk ke BRICS juga dinilai relevan dalam konteks dedolarisasi, salah satu agenda utama kelompok tersebut. Ibrahim menyebutkan bahwa tren dedolarisasi, yang melibatkan penggunaan mata uang lokal dalam perdagangan antaranggota BRICS, semakin menguat. Contohnya adalah transaksi antara China dan Rusia, yang 90 persen menggunakan mata uang lokal.
Namun, menciptakan mata uang alternatif global atau menggantikan sistem transfer internasional SWIFT dianggap masih menjadi tantangan besar.
Baca juga : Tabel Pinjaman KUR BRI 2025: Siapkan Dokumen Ini agar Tak Ditolak Bank
Faktor Lain Penguatan Rupiah
Selain faktor BRICS, penguatan rupiah juga didukung oleh rencana kebijakan tarif Presiden AS terpilih, Donald Trump, yang memberikan efek pelemahan terhadap indeks dolar AS. Pada hari ini, indeks dolar tercatat di 108,6 dengan imbal hasil obligasi AS 10 tahun sebesar 4,65 persen.
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia juga mencatat penguatan rupiah ke level Rp16.169 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.193.
“Momentum ini adalah sinyal positif bagi stabilitas ekonomi Indonesia, sekaligus peluang untuk memperkuat fundamental ekonomi domestik,” tutup Ibrahim.
Keputusan strategis ini diharapkan dapat memberikan dampak jangka panjang, tidak hanya pada stabilitas nilai tukar rupiah, tetapi juga pada penguatan posisi Indonesia sebagai kekuatan ekonomi global.
Baca juga : Aksi Koboi Oknum KSOP Bakauheni Viralkan Media Sosial, Petugas Terancam Senjata Api