BOGOR, Denting.id – Istilah silent treatment menjadi perbincangan hangat di media sosial, terutama di platform TikTok, setelah sejumlah video berisi curhatan para istri mengenai dinamika hubungan rumah tangga mereka viral.
Salah satu unggahan yang menarik perhatian berasal dari akun TikTok Srie Diding. Dalam videonya, ia membagikan kisah tentang rumah tangga yang hampir sempurna, namun tetap diwarnai oleh ujian berupa silent treatment.
Baca juga : Cap Go Meh 2025, Tradisi Penutup Perayaan Imlek dengan Sejarah Panjang
“Suami tidak selingkuh, tempat tinggal ada, ipar baik, mertua baik, anak lucu dan pintar, rumah tanggaku hampir sempurna. Kalian tahu ujiannya di mana?” tulisnya dalam video tersebut.
Pada kolom komentar, ia menjelaskan bahwa ujiannya adalah silent treatment. Hingga Rabu (8/1/2025) malam, unggahan ini telah mengumpulkan lebih dari 1.300 komentar dari warganet.
Baca juga : Qomar, Komedian Legendaris Empat Sekawan, Tutup Usia 64 Tahun Akibat Kanker Usus
Komentar-komentar tersebut beragam. Sebagian besar mempertanyakan makna dari silent treatment, sementara yang lain turut berbagi pengalaman serupa.
“Tinggal bersama tapi tak hidup bersama. Aku dengan urusanku, dia dengan urusannya. Tidak ada komunikasi dua arah. 21 tahun terlewati dengan hambar,” tulis salah satu pengguna TikTok di kolom komentar.
Baca juga : Patrick Kluivert Resmi Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Kontrak Dua Tahun
Silent treatment adalah tindakan seseorang untuk sengaja mendiamkan atau menghindari orang lain dalam situasi tertentu, terutama saat terjadi konflik.
Fenomena ini tidak hanya terjadi dalam hubungan rumah tangga, tetapi juga dalam hubungan pertemanan atau keluarga. Orang yang menerima perlakuan ini kerap merasa tertekan dan dihantui pertanyaan tentang kesalahan atau penyebab konflik.
Dalam konteks hubungan suami istri, silent treatment dapat menimbulkan rasa kecewa, sedih, terluka, bahkan marah pada pasangan yang didiamkan. Mereka sering kali merasa bingung dan kehilangan arah karena tidak adanya komunikasi yang jelas.
Meski tampaknya sepele, perilaku ini dapat berdampak negatif pada kualitas hubungan dan kesejahteraan emosional kedua belah pihak. Para ahli menyarankan untuk membuka komunikasi yang jujur dan saling mendengarkan untuk mengatasi pola interaksi seperti ini.