Gaza City, Denting.id – Serangan drone ke Jalur Gaza pada Minggu (16/2) menandakan Israel kembali melanggar gencatan senjata yang masih berlaku sejak 19 Januari lalu. Gempuran Israel menargetkan area di dekat Rafah, bagian selatan Gaza, dan menewaskan sedikitnya tiga polisi yang bertugas mengamankan distribusi bantuan kemanusiaan.
Menurut laporan AFP dan Al Arabiya, serangan ini terjadi hanya sehari setelah pertukaran sandera-tahanan antara Hamas dan Israel. Kementerian Dalam Negeri Hamas awalnya melaporkan dua korban tewas dan satu luka kritis, sebelum akhirnya mengonfirmasi bahwa polisi ketiga meninggal akibat luka-lukanya.
Militer Israel mengklaim serangan tersebut menargetkan “beberapa individu bersenjata” yang bergerak ke arah pasukan mereka di Gaza bagian selatan. Namun, Hamas mengecam serangan itu sebagai “pelanggaran serius” terhadap gencatan senjata yang sedang berlangsung.
“Gempuran dari drone Zionis yang menargetkan elemen kepolisian yang bertugas mengamankan masuknya bantuan kemanusiaan… adalah pelanggaran serius terhadap perjanjian gencatan senjata,” ujar Hamas dalam pernyataannya.
Situasi di Gaza tetap tegang meskipun ada perjanjian gencatan senjata yang diperantarai oleh Qatar dan Mesir. Awal bulan ini, Israel juga melancarkan serangan udara yang disebut menargetkan “kendaraan mencurigakan” di Jalur Gaza bagian tengah.
Ketegangan sempat meningkat ketika Hamas mengancam menunda pembebasan sandera Israel karena menuduh Tel Aviv melanggar kesepakatan, terutama terkait aliran bantuan kemanusiaan. Sebagai tanggapan, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengancam akan melanjutkan operasi militer jika Hamas tidak membebaskan sandera pada Sabtu (15/2).
Namun, dengan adanya mediasi intensif, Hamas akhirnya membebaskan tiga sandera Israel yang ditukar dengan ratusan tahanan Palestina dari penjara-penjara Israel.
Hingga kini, prospek perpanjangan gencatan senjata masih belum jelas, dengan kedua belah pihak saling menuduh satu sama lain melanggar kesepakatan.