Tel Aviv, Denting.id – Seorang anggota parlemen Israel mengungkapkan bahwa Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu pernah dipukul oleh putranya, Yair Netanyahu, yang kemudian “diasingkan” ke luar negeri. Yair, yang merupakan putra sulung PM Israel, diketahui telah menetap di Florida, Amerika Serikat (AS), selama dua tahun terakhir.
Yair yang kini berusia 33 tahun meninggalkan Israel sejak Maret 2023 lalu. Kepergiannya terjadi di tengah maraknya laporan bahwa Netanyahu melarangnya memposting di media sosial, setelah sejumlah unggahannya memicu ketegangan di Israel.
Putra sulung Netanyahu ini dikenal memiliki pandangan sayap kanan dan kerap melontarkan klaim tak berdasar mengenai konspirasi besar serta dugaan upaya kudeta oleh aparat kehakiman dan penegak hukum Israel terhadap ayahnya. Yair bahkan disebut-sebut memiliki pengaruh dalam kebijakan ayahnya saat masih aktif di Israel.
Sejak meninggalkan Israel, Yair dilaporkan tinggal di sebuah kondominium mewah di Florida. Kini, kabar mengenai dirinya kembali mencuat setelah pernyataan mengejutkan dari seorang anggota parlemen Israel.
Pernyataan Mengejutkan dari Oposisi
Dalam rapat dengan Komisi Keuangan Knesset, Naama Lazimi, anggota parlemen dari kubu oposisi Partai Demokrat Israel, mempertanyakan pendanaan untuk keluarga Netanyahu, termasuk kunjungan istri PM Israel, Sara Netanyahu, ke AS serta biaya pengamanan untuk Yair yang tinggal di Miami.
Lazimi mengklaim bahwa Yair “diasingkan” ke luar negeri setelah bertindak kasar terhadap ayahnya.
“Saya ingin bertanya tentang istri Perdana Menteri, Sara Netanyahu, yang tinggal di luar negeri selama dua bulan. Saya mau tahu siapa yang membiayai hal ini, berapa biayanya, dan dari anggaran mana pembiayaan itu diambil?” ungkap Lazimi dalam rapat pada Minggu (23/2) waktu setempat.
Selain itu, ia menyoroti laporan mengenai biaya pengamanan untuk Yair Netanyahu yang mencapai NIS 2,5 juta (sekitar Rp 11,4 miliar) per tahun.
“Saya ingin bertanya apakah jumlah ini masih dianggarkan dan apakah masih ada niat untuk membiayai masa tinggal anak Perdana Menteri karena memukul Perdana Menteri dan dipaksa pergi ke luar negeri karena dia merusak simbol kekuasaan?” tambah Lazimi.
Pernyataan ini langsung menuai reaksi luas di kalangan politik Israel. Hingga kini, belum ada tanggapan resmi dari pihak Netanyahu mengenai klaim tersebut.