Jakarta, denting.id – Sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal Neurology pada 5 Maret mengungkapkan bahwa stres kronis dapat meningkatkan risiko stroke pada orang dewasa muda, terutama pada perempuan.
Studi ini menyoroti dampak stres berkepanjangan terhadap sistem kardiovaskular yang berpotensi menyebabkan gangguan aliran darah ke otak.
Dr. Lauren Patrick, ahli saraf vaskular dari University of California San Francisco, menjelaskan bahwa stres psikologis yang berkepanjangan dapat menyebabkan disfungsi vaskular, sehingga meningkatkan risiko stroke.
Baca juga : Ganti Gorengan dan Minuman Manis, Ide Menu Sehat Selama Ramadan 2025
“Temuan ini menekankan pentingnya manajemen stres sebagai langkah pencegahan,” ujar Patrick, dikutip dari Health pada Minggu (9/3).
Studi: Stres dan Risiko Stroke pada Perempuan
Para peneliti mengamati 426 orang berusia 18 hingga 49 tahun yang mengalami stroke iskemik dan membandingkannya dengan 426 orang sehat dalam kelompok kontrol.
Hasilnya menunjukkan bahwa 46 persen penderita stroke mengalami tingkat stres sedang hingga tinggi, dibandingkan dengan hanya 33 persen pada kelompok tanpa stroke.
Studi ini juga menemukan bahwa perempuan dengan tingkat stres sedang memiliki risiko stroke 78 persen lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak stres, sedangkan stres tinggi meningkatkan risiko sebesar 6 persen.
Sebaliknya, tidak ditemukan hubungan signifikan antara stres dan stroke pada pria.
“Perbedaan ini menunjukkan bahwa perempuan mungkin lebih rentan terhadap dampak fisiologis stres,” kata Nicolas Martinez-Majander, ahli saraf dari Rumah Sakit Universitas Helsinki, yang turut terlibat dalam penelitian ini.
Baca juga : 5 Tips Rutinitas Harian Rawat Kulit Tetap Sehat
Mengapa Stres Dapat Meningkatkan Risiko Stroke?
Para ahli berpendapat bahwa stres kronis dapat memicu lonjakan tekanan darah, aritmia jantung, serta peradangan yang berkontribusi terhadap gangguan pembuluh darah.
Selain itu, perempuan yang mengalami stres cenderung memiliki gaya hidup yang meningkatkan risiko stroke, seperti pola makan yang buruk, kurang aktivitas fisik, dan merokok.
“Paparan stres jangka panjang dapat menjadi faktor risiko vaskular yang signifikan, terutama karena perempuan sering kali menghadapi beban ganda dalam pekerjaan dan keluarga,” ujar Martinez-Majander.
Pentingnya Mengelola Stres untuk Mencegah Stroke
Para peneliti menekankan pentingnya mengenali tanda-tanda stres, seperti kecemasan yang berkepanjangan, sulit tidur, sakit kepala berulang, tekanan darah tinggi, hingga kelelahan.
Selain itu, masyarakat juga diimbau untuk mewaspadai gejala awal stroke, seperti mati rasa mendadak, kesulitan berbicara, gangguan penglihatan, atau pusing tiba-tiba.
Guna mengurangi stres dan menjaga kesehatan jantung, para ahli merekomendasikan beberapa langkah, seperti:
- Berolahraga secara teratur setidaknya 150 menit per minggu
- Melakukan teknik relaksasi seperti meditasi dan yoga
- Mengadopsi pola makan sehat dan mengurangi konsumsi alkohol atau rokok
- Mengatur beban kerja dan mendapatkan dukungan sosial yang cukup
“Stres memang tidak bisa dihindari sepenuhnya, tetapi penting untuk mengelolanya agar tidak berdampak buruk pada kesehatan, terutama bagi perempuan yang lebih rentan terhadap risiko stroke,” tutup Patrick.
Baca juga : 5 Wisata Bogor Anti-Gagal Libur Awal Ramadan, Cek Harga Tiketnya