Psikolog Ungkap Alasan Remaja Tawuran Saat Ramadan

Bogor, denting.id – Setelah tarawih hingga menjelang sahur, sebagian remaja bukannya mengisi waktu dengan kegiatan positif, melainkan memilih tawuran sebagai “hiburan.” Psikolog Novi Poespita Chandra menilai kurangnya kegiatan bermakna menjadi penyebab utama fenomena ini.

Psikolog dan dosen Universitas Gadjah Mada, Novi Poespita Chandra, menjelaskan bahwa remaja yang terlibat tawuran selama bulan Ramadan cenderung tidak memiliki aktivitas yang bermakna.

Selain itu, meningkatnya kesempatan berkumpul pada malam hari turut memicu perilaku tersebut.

“Misalnya mereka habis tarawih sampai menjelang sahur, karena mungkin tidak mengisi waktu dengan kegiatan-kegiatan yang meaningful, akhirnya mereka mencari kegiatan yang ‘meaningful’ bagi mereka, salah satunya adalah tawuran,” ujar Novi saat dihubungi, Selasa (11/3).

Baca juga : Jangan Langsung Tidur Setelah Sahur! Ini Dampak Buruknya

Menurut Novi, tawuran menjadi bentuk pelampiasan akibat kurangnya aktivitas yang membangkitkan rasa empati.

Remaja sering kali menjalani rutinitas monoton, seperti belajar di sekolah, tanpa adanya kegiatan lain yang dapat menstimulasi emosi dan keterlibatan sosial mereka.

Hal ini, lanjutnya, menyebabkan perasaan bosan dan kelelahan kronis yang memicu respons dari otak amigdala, bagian otak yang mengatur emosi dan respons stres.

Akibatnya, remaja cenderung menjadi lebih agresif dan mencari kegiatan yang memberikan sensasi, seperti tawuran.

“Padahal, manusia seharusnya lebih banyak menggunakan otak prefrontal cortex, bagian yang berfungsi untuk berpikir dan mengambil keputusan. Namun, agar bagian ini aktif, seseorang harus merasa bahagia dan memiliki kegiatan yang bermakna,” jelasnya.

Novi menambahkan bahwa remaja juga memilih tawuran sebagai cara untuk diakui oleh teman sebaya dan menunjukkan kekuatan mereka.

Hal ini menjadi tantangan bagi lingkungan dan sekolah dalam menciptakan aktivitas alternatif yang lebih positif.

Sebagai solusi, Novi menyarankan agar sekolah dan masyarakat mengadakan kegiatan yang menarik, seperti kunjungan sosial ke desa, festival budaya, atau aktivitas kreatif lainnya selama bulan Ramadhan.

“Jadi energi mereka bisa disalurkan ke hal positif. Sayangnya, kita kurang kreatif dalam menciptakan momen-momen yang bermakna bagi mereka saat mereka memiliki banyak waktu luang,” pungkasnya.

Baca juga : Niat Salat Tarawih 11 Rakaat dan 23 Rakaat Sama, Ini Bacaannya

 

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *