Jakarta, Denting.id – Pemerintah tengah menyiapkan Sekolah Rakyat, sebuah program pendidikan khusus yang diperuntukkan bagi masyarakat miskin dan miskin ekstrem. Program ini bertujuan memberikan akses pendidikan berkualitas kepada mereka yang selama ini sulit menjangkaunya.
Menteri Sosial Saifullah Yusuf mengungkapkan bahwa seleksi penerima manfaat Sekolah Rakyat akan menggunakan Data Terpadu Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN).
“Harus (ada) di DTSEN dulu, langsung diambil dari situ (siswanya),” ujar pria yang akrab disapa Gus Ipul di Jakarta, Kamis (13/3/2025).
Ia menjelaskan bahwa prioritas diberikan kepada masyarakat di sekitar lokasi sekolah, terutama yang masuk kategori Desil 1 (miskin ekstrem). Jika di wilayah tersebut tidak ada lagi masyarakat dalam kategori ini, maka seleksi akan diperluas ke Desil 2.
Kurikulum Masih dalam Pembahasan
Meski program ini sudah mulai disiapkan, kurikulum Sekolah Rakyat masih dalam tahap pembahasan oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendikti Saintek) serta Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen).
“Apakah nanti kombinasi antara kurikulum nasional dan internasional, atau menggunakan kurikulum sekolah unggulan, ini masih dibahas,” kata Gus Ipul.
Untuk jenjang pendidikan menengah, pemerintah masih mempertimbangkan apakah Sekolah Rakyat akan berbentuk SMA atau SMK.
“Kalau bentuknya SMK, maka mereka siap kerja setelah lulus. Tapi kalau SMA, harapannya mereka bisa melanjutkan kuliah. Jadi nanti akan dikombinasikan,” jelasnya.
Sekolah Rakyat Akan Dibangun di Berbagai Daerah
Gus Ipul memastikan bahwa Sekolah Rakyat akan didirikan di berbagai daerah, termasuk luar Pulau Jawa.
“Di Kalimantan ada, di NTT ada, di Medan juga ada. Beberapa tempat sudah siap, karena sentra Kementerian Sosial memang tersebar,” ujarnya.
Pemerintah menargetkan peluncuran Sekolah Rakyat bertepatan dengan tahun ajaran baru. Namun, beberapa aspek masih dalam tahap simulasi, termasuk sistem penerimaan siswa.
“Kami sedang mendiskusikan apakah penerimaan siswa baru bisa dilakukan serentak atau bertahap, tergantung kesiapan gedung dan fasilitas,” kata Gus Ipul.
Sebelum pembelajaran penuh dimulai, siswa akan menjalani masa orientasi atau matrikulasi selama beberapa bulan.
Baca juga : Menteri Kehutanan Tegaskan Penertiban Alih Fungsi Hutan di Bogor
“Orientasi ini bisa berupa pelatihan bahasa, seperti bahasa Inggris, Arab, atau Mandarin, tergantung kebutuhannya. Jadi siswa bisa lebih siap sebelum masuk ke kurikulum inti,” pungkasnya.