Ramadhan dan Pelestarian Tanaman Hias: Ibadah Ekologis untuk Masa Depan

Pegiat tanaman non kayu: Alfath Nur Fauzan

Bogor, Denting.id – Bulan Ramadan tidak hanya menjadi waktu untuk meningkatkan spiritualitas, tetapi juga momen refleksi terhadap kepedulian lingkungan. Salah satu aspek yang sering luput dari perhatian adalah keterkaitan antara ibadah Ramadhan dan pelestarian tanaman hias, khususnya di Indonesia yang memiliki kekayaan hayati luar biasa.

Menurut data, Indonesia memiliki lebih dari 40.000 spesies tanaman non-kayu yang tersebar di berbagai ekosistem, mulai dari hutan tropis, pegunungan, rawa, hingga pesisir. Namun, kesadaran masyarakat dalam menjaga keberlanjutan flora asli Indonesia masih tergolong rendah. Oleh karena itu, momentum Ramadan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesadaran ekologis dengan menjadikan pelestarian tanaman sebagai bagian dari ibadah.

Tanaman Hias dan Lingkungan Berkelanjutan

Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki berbagai jenis tanaman hias yang berperan penting dalam ekosistem, seperti monstera, aroid, dan anthurium. Sayangnya, eksploitasi yang tidak terkendali dan tren konsumtif tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan dapat mengancam keseimbangan ekosistem. Oleh karena itu, Ramadan dapat menjadi momen bagi masyarakat untuk lebih bijak dalam merawat tanaman hias dengan memilih sumber yang berkelanjutan serta mendukung petani dan pelaku usaha lokal yang menerapkan praktik ramah lingkungan.

Selain itu, penghijauan di lingkungan masjid dan rumah ibadah juga dapat menjadi bagian dari ibadah di bulan suci ini. Menanam dan merawat tanaman hias tidak hanya menciptakan lingkungan yang lebih hijau tetapi juga membantu menjaga ekosistem perkotaan yang semakin padat.

Menjauhi Tanaman Plastik, Memilih Tanaman Hidup

Dalam semangat keberlanjutan, Ramadhan juga menjadi momentum untuk menghindari penggunaan tanaman plastik dan beralih ke tanaman hidup yang lebih bermanfaat bagi ekosistem.

1. Tanaman plastik tidak ramah lingkungan
Islam mengajarkan konsep khalifah (kepemimpinan) dan mizan (keseimbangan), yang menuntut manusia untuk menjaga kelestarian alam. Tanaman plastik yang terbuat dari bahan sintetis seperti polietilena dan polipropilena sulit terurai, sehingga berkontribusi terhadap pencemaran lingkungan. Menurut UNEP (United Nations Environment Programme), sekitar 400 juta ton plastik diproduksi setiap tahun, namun hanya 9% yang didaur ulang.

2. Tanaman hidup meningkatkan kualitas udara
Berbeda dengan tanaman plastik, tanaman asli memiliki manfaat ekologis yang nyata, seperti menyerap karbon dioksida dan menghasilkan oksigen. Udara yang lebih bersih dan segar dapat meningkatkan kenyamanan saat beribadah di bulan Ramadan.

3. Dampak psikologis dan spiritual
Penelitian dalam Journal of Environmental Psychology menunjukkan bahwa keberadaan tanaman hijau dapat menurunkan stres dan meningkatkan konsentrasi. Dalam konteks Ramadhan, lingkungan yang lebih alami dapat meningkatkan kualitas ibadah dan refleksi diri.

4. Dukungan bagi petani lokal
Membeli tanaman hidup dari petani lokal turut mendukung perekonomian berkelanjutan. Industri tanaman hias Indonesia memiliki potensi besar, dengan nilai ekspor yang terus meningkat setiap tahunnya.

Ramadan Sebagai Momentum Kesadaran Ekologis

Islam mengajarkan bahwa manusia adalah khalifah fil ard (pemimpin di bumi) yang memiliki tanggung jawab dalam menjaga keseimbangan alam. Prinsip mizan dalam Al-Qur’an menegaskan bahwa segala sesuatu di alam ini memiliki keseimbangan yang tidak boleh dirusak. Dalam Surat Ar-Rahman ayat 7-9, Allah mengingatkan manusia untuk menegakkan keseimbangan tanpa berbuat kerusakan.

Selain berpuasa menahan haus dan lapar, Ramadan juga bisa dijadikan momentum untuk menanam kesadaran lingkungan. Tindakan sederhana seperti menanam tanaman hias asli Indonesia, mengurangi penggunaan plastik, dan mengoptimalkan sumber daya alam adalah bagian dari ibadah ekologis.

Baca juga : Peresmian Gedung Baru RS Islam Bogor, Tambah Akses Layanan Kesehatan untuk Warga

Jika konsep “ibadah tanaman” ini terus didakwahkan, maka akan tercipta kesadaran lingkungan berbasis spiritual. Mencintai Tuhan berarti mencintai alam, dan mencintai alam berarti menjaga kelestarian tanaman asli Indonesia. Dengan demikian, Ramadan tidak hanya menjadi bulan ibadah pribadi, tetapi juga momen untuk berkontribusi terhadap keberlanjutan lingkungan bagi generasi mendatang.

 

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *