Mendikdasmen Abdul Mu’ti Kenalkan Metode Peer Teaching dalam Momentum Nuzulul Qur’an

Jakarta, Denting.id – Dalam peringatan Nuzulul Qur’an pada 17 Ramadan 1446 Hijriah, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti memperkenalkan metode belajar peer teaching. Metode ini mengacu pada cara para sahabat di zaman Rasulullah SAW dalam mempelajari Al-Qur’an secara bersama-sama dan saling mengoreksi.

“Pendekatan belajar itu disebut sebagai peer teaching, di mana para sahabat mengajar sesama sahabat atau saling timbal balik mengoreksi bacaan yang didengar, kemudian mereka menghafalnya,” ujar Mu’ti dalam tausiyah Al-Qur’an dan Pembentukan Karakter Unggul Bangsa yang disiarkan melalui YouTube Kemendikdasmen, Senin (17/3/2025).

Perubahan Tradisi Lisan Menjadi Tulisan

Mu’ti menjelaskan bahwa metode ini menjadi cikal bakal transformasi sistem belajar di Arab, di mana pengetahuan yang sebelumnya hanya ditransmisikan secara lisan mulai dituangkan dalam bentuk tulisan.

“Tradition of learning ini menjadi bagian penting yang mengubah tradisi masyarakat pada waktu itu. Masyarakat Arab kala itu memiliki budaya lisan yang sangat kuat, terutama dalam membuat puisi dan syair yang berisi glorifikasi suku mereka,” kata Mu’ti.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa tradisi peer teaching pada masa Rasulullah SAW tidak hanya melibatkan pembelajaran Al-Qur’an, tetapi juga menjadi forum diskusi bagi para sahabat. Mereka bisa bertanya langsung kepada Nabi Muhammad SAW mengenai makna ayat-ayat yang baru diturunkan.

“Dari tradisi tulisan ini, muncul kebiasaan membaca. Oleh karena itu, metode peer teaching dan sejarah membaca tidak bisa dipisahkan dari Al-Qur’an,” tambahnya.

Metode Peer Teaching di Era Modern

Konsep peer teaching masih diterapkan dalam dunia pendidikan modern. Salah satu sekolah yang menerapkannya adalah SMPK Penabur Depok, Jawa Barat.

Dalam praktiknya, metode ini melibatkan siswa yang bertindak sebagai tutor sebaya bagi teman-temannya. Hal ini dinilai dapat menumbuhkan rasa saling menghargai dan memahami antarsiswa melalui kerja sama dalam belajar.

Menurut laman resmi sekolah tersebut, beberapa aspek penting dalam peer teaching meliputi pemberian bantuan, arahan, petunjuk, bimbingan, dan motivasi bagi siswa. Bentuk penerapannya bisa berupa pembagian kelas menjadi kelompok-kelompok kecil, di mana siswa saling membantu dalam memahami materi. Jika siswa mengalami kesulitan yang tidak dapat diatasi sendiri, maka guru akan turun tangan untuk memberikan bimbingan.

Selain itu, evaluasi juga dilakukan untuk mengukur efektivitas metode ini dalam meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa.

Baca juga : Menteri PKP dan Mensos Sambangi KPK, Bahas Pencegahan Korupsi dan Pemanfaatan DTSEN

Dengan mengadopsi konsep peer teaching yang telah diterapkan sejak zaman Rasulullah SAW, metode ini diharapkan dapat menjadi pendekatan yang lebih inklusif dan efektif dalam dunia pendidikan modern.

 

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *