Legenda Tinju George Foreman Meninggal Dunia di Usia 76 Tahun

Bogor, Denting.id – George Foreman, juara dunia tinju kelas berat yang ikonik baik di masa muda maupun di usia senjanya telah meninggal dunia Jumat malam di sebuah rumah sakit di Houston, Amerika Serikat (AS). Ia mengembuskan napas terakhirnya di usia 76 tahun.

Melansir New York Times, Sabtu, 22 Maret, Kabar duka ini disampaikan oleh keluarga Foreman melalui akun Instagram pribadinya. Roy Foreman, saudara kandung George, menyatakan bahwa penyebab kematian belum diketahui.

George Foreman adalah sosok yang mencetak sejarah dengan meraih gelar juara dunia kelas berat di usia 20-an. Pada tahun 1994, ia secara mengejutkan mengalahkan Michael Moorer yang tak terkalahkan, mengguncang dunia tinju. Bayangkan, ia kembali merebutnya di usia 45 tahun, sebuah pencapaian yang dianggap mustahil oleh banyak orang.

Baca Juga: Merokok Berlebihan Bisa Ganggu Kesehatan Mental, Ini Bahayanya!

Karier tinju Foreman membentang lintas generasi. Ia menghadapi petinju-petinju legendaris seperti Chuck Wepner di era 1960-an, Joe Frazier dan Muhammad Ali di era 1970-an, Dwight Muhammad Qawi di era 1980-an, dan Evander Holyfield di era 1990-an.

Selain prestasinya di ring tinju, popularitas Foreman juga membawanya meraih kesuksesan besar di dunia bisnis. Ia berhasil membangun bisnis pemanggang elektrik yang menghasilkan jutaan dolar.

George Edward Foreman lahir pada 10 Januari 1949 di Marshall, Texas. Ia dikenal sebagai sosok yang jujur tentang masa mudanya yang penuh dengan kenakalan dan kejahatan kecil. Setelah putus sekolah, ia bergabung dengan Job Corps pada usia 16 tahun. Di usia 17 tahun, ia mulai menekuni tinju.

Kesuksesan Foreman di tinju amatir datang dengan cepat. Hanya dalam waktu satu setengah tahun, ia berhasil meraih medali emas Olimpiade kelas berat di Mexico City pada tahun 1968, mengalahkan Ionas Chepulis dari Uni Soviet.

Setelah kemenangan tersebut, Foreman, yang merupakan seorang pria kulit hitam, mengibarkan bendera Amerika Serikat di atas ring, beberapa hari setelah atlet lari Tommie Smith dan John Carlos mengangkat tinju terkepal selama lagu kebangsaan sebagai bentuk protes terhadap perlakuan negara terhadap orang kulit hitam.

“Saya hanya senang menjadi orang Amerika,” kata Foreman setelah itu. “Beberapa orang mencoba membuat sesuatu dari itu, menyebut saya seorang Uncle Tom, tetapi saya bukan. Saya hanya percaya orang-orang harus hidup bersama dalam damai.”

Karier profesional Foreman dimulai dengan jadwal pertandingan yang padat. Ia bertinju sebanyak dua belas kali dalam setahun. Ia memiliki rekor 37-0 ketika mendapatkan kesempatan pertama untuk merebut gelar juara dunia kelas berat melawan Joe Frazier di Kingston, Jamaika, pada tahun 1973.

Baca Juga: Mesir Bantah Klaim Israel Soal Relokasi 500.000 Warga Palestina ke Sinai

Meskipun ia dianggap sebagai underdog dengan perbandingan 3-1, Foreman mendominasi pertandingan tersebut, menjatuhkan Frazier sebanyak enam kali sebelum pertandingan dihentikan di tengah ronde kedua. Salah satu knockdown tersebut membuat komentator televisi Howard Cosell mengucapkan salah satu kalimat paling ikonik dalam sejarah tinju: “Down goes Frazier! Down goes Frazier!”

Kepergian George Foreman meninggalkan duka mendalam bagi dunia tinju dan para penggemarnya. Ia akan dikenang sebagai legenda yang menginspirasi banyak orang dengan semangat juang dan kesuksesannya di dalam dan di luar ring.

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *