Jakarta, denting.id – Keberhasilan pencegahan tuberkulosis (TBC) pada anak tidak hanya bergantung pada tenaga medis, tetapi juga memerlukan peran serta aktif dari masyarakat.
Dokter Spesialis Anak dr. Arifianto, Sp.A, Subsp.Neuro(K) menekankan bahwa keterlibatan masyarakat dalam edukasi dan pemantauan Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) sangat penting untuk mencegah penyebaran penyakit ini.
Peran Penting Masyarakat dalam Pencegahan TBC
Dalam webinar “Kenali Terapi Pencegahan TBC pada Anak”, dr. Arifianto menjelaskan bahwa TPT merupakan langkah efektif dalam mencegah TBC berkembang menjadi penyakit berat, seperti meningitis tuberculosis. Namun, keberhasilan terapi ini tidak hanya bergantung pada tenaga medis, melainkan juga dukungan penuh dari masyarakat.
“Keberhasilan terapi ini tidak hanya bergantung pada pihak medis, tetapi juga pada dukungan masyarakat yang ikut berperan aktif dalam mendukung kelancaran pemberian obat ini,” ujar dr. Arifianto dalam webinar yang dipantau di Jakarta, Selasa (25/3).
Meskipun obat TPT diberikan secara gratis, serta terbukti aman dan efektif, tetap diperlukan kesadaran masyarakat untuk memastikan bahwa anak-anak yang sehat namun berisiko tetap menerima pengobatan tanpa terputus.
Anak-anak yang tinggal bersama penderita TBC atau memiliki kontak erat dengan orang yang terinfeksi memiliki risiko lebih tinggi, sehingga mereka sangat disarankan menjalani TPT untuk mencegah kemungkinan jatuh sakit.
Baca juga : Keberkahan 10 Hari Terakhir Ramadhan
Pentingnya Pemantauan Setelah Pengobatan
Selain menjalani terapi, anak-anak yang telah mendapatkan TPT juga memerlukan pemantauan rutin. dr. Arifianto menjelaskan bahwa mereka harus diperiksa setidaknya setiap enam bulan sekali selama dua tahun untuk memastikan tidak ada perubahan status kesehatan yang berisiko.
“Jika ditemukan gejala atau tanda-tanda penyakit, pengobatan akan segera disesuaikan menjadi pengobatan TBC aktif,” tambahnya.
Pemantauan ini menunjukkan bahwa peran orang tua dan masyarakat sangat penting dalam menjaga kesehatan anak-anak dan memastikan mereka mendapatkan terapi yang optimal.
Upaya Bersama Mewujudkan Lingkungan Bebas TBC
Menurut dr. Arifianto, keberhasilan TPT tidak hanya menjadi tanggung jawab tenaga medis, tetapi juga masyarakat. Edukasi dan pemahaman tentang pentingnya terapi ini harus terus dilakukan, baik kepada tenaga kesehatan (nakes) maupun masyarakat luas.
“Kita perlu memberikan dukungan bahwa TPT ini penting untuk diberikan. Jadi edukasi dan pemantauan harus terus dilakukan, termasuk kepada nakes dan masyarakat luas,” katanya.
TPT bukan sekadar pemberian obat, tetapi merupakan bagian dari upaya bersama dalam menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan bebas dari TBC. Dengan dukungan penuh dari masyarakat, diharapkan angka kasus TBC pada anak dapat terus ditekan dan mencegah komplikasi yang lebih serius di kemudian hari.