Jakarta, denting.id – Konsep wasatiah atau moderasi dalam Islam harus menjadi pijakan bagi umat Islam dalam menjalani kehidupan, termasuk di bulan Ramadan. Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Andi Faisal Bakti, menekankan pentingnya menjadikan bulan puasa sebagai momentum membangun toleransi dan kesalehan sosial.
“Ramadan bukan hanya sekadar menjalankan ibadah puasa, tetapi juga sebagai madrasah atau tempat pembelajaran untuk membentuk pribadi yang lebih moderat, seimbang, dan penuh empati terhadap sesama,” ujar Andi dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (26/3).
Islam Moderat: Merangkul Keberagaman dan Keseimbangan
Menurut Andi, Islam adalah agama yang menjunjung tinggi prinsip keadilan dan keberagaman. Dalam Surah Al-Baqarah ayat 143 disebutkan bahwa umat Islam adalah ummatan wasathan, yakni umat yang berada di tengah-tengah, tidak ekstrem ke kanan maupun ke kiri.
“Islam tidak mengajarkan sikap ekstrem, baik terlalu keras maupun terlalu longgar dalam beragama. Sebaliknya, Islam adalah agama yang penuh keseimbangan dan merangkul keberagaman,” jelasnya.
Ia mengibaratkan konsep wasatiah seperti wasit dalam sepak bola, yang harus adil dan tidak berpihak pada salah satu tim. Jika seorang wasit berat sebelah, maka pertandingan akan kacau. Begitu pula dalam kehidupan beragama, jika seseorang terlalu ekstrem atau sebaliknya terlalu acuh, maka akan menimbulkan perpecahan.
“Umat Islam harus berada di jalur tengah. Tidak boleh terlalu kaku hingga menimbulkan ketegangan, tetapi juga tidak boleh terlalu bebas hingga kehilangan esensi ajaran Islam,” tambahnya.
Baca juga : Puan Maharani: Silaturahmi Antar Keluarga Presiden Bisa Terjadi Kembali
Puasa Sebagai Momentum Meningkatkan Empati dan Toleransi
Lebih lanjut, Andi menekankan bahwa Ramadan adalah waktu yang tepat untuk melatih kesabaran, empati, dan kepedulian sosial. Dengan menahan lapar dan haus, umat Islam diajak untuk memahami penderitaan orang-orang yang kurang beruntung.
“Puasa mengajarkan kita untuk berempati terhadap orang-orang yang kelaparan. Ini seharusnya mendorong kita untuk lebih peduli dan berbagi, bukan hanya kepada sesama Muslim, tetapi juga kepada masyarakat luas tanpa membedakan agama atau latar belakang,” katanya.
Selain itu, ia menegaskan bahwa Ramadan juga harus menjadi ajang untuk merenung, memaafkan, dan mempererat hubungan sosial. Ia berharap bulan suci ini dapat menjadi momentum refleksi diri agar umat Islam semakin bijak dalam bersikap, baik dalam pergaulan sehari-hari maupun di dunia digital.
“Ini adalah kesempatan luar biasa untuk memperkuat solidaritas, bukan hanya antarumat Islam, tetapi juga dengan pemeluk agama lain. Islam mengajarkan kasih sayang dan penghormatan terhadap sesama manusia,” tutupnya.
Baca juga : Muhaimin Iskandar: THR Wajib Diberikan, Tanpa Pemaksaan!