Bogor, Denting.id – Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor mengapresiasi aksi sosial yang dilakukan oleh alumni Regina Pacis Bogor dalam merenovasi rumah almarhum Cabot Burhana, mantan guru stenografi dan mengetik di sekolah tersebut.
Peresmian rumah yang telah dibedah ini berlangsung di Jalan Dalurung 6, RT 2 RW 7, Bantarjati, Bogor Utara, Kota Bogor, pada Rabu (26/3/2025). Acara ini dihadiri oleh Penjabat (Pj) Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bogor, Hanafi, yang menyampaikan rasa terima kasih atas kepedulian para alumni.
Menurut Hanafi, inisiatif ini menunjukkan penghargaan luar biasa dari murid kepada guru mereka. Ia juga menekankan bahwa Sekolah Regina Pacis telah melahirkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, terbukti dari bagaimana para alumninya tetap mengingat jasa para guru mereka.
“Sensitivitas seperti ini sangat luar biasa dan patut dicontoh,” ujar Hanafi.
Pemkot Bogor sendiri memiliki program renovasi Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) yang setiap tahunnya memperbaiki sekitar 6.000 rumah. Program ini merupakan bagian dari visi dan misi Wali Kota dan Wakil Wali Kota terpilih Dedie-Jenal, yakni Bogor Beres-Bogor Maju.
“Terima kasih sudah membantu. Seberapa pun matang perencanaan yang dibuat, Pemkot tidak akan mampu memenuhi semua harapan masyarakat tanpa bantuan dari pihak lain,” tambahnya.
Muncul dari Kepedulian Alumni
Di tempat yang sama, Ketua Koordinator Alumni Regina Pacis, Agung Doni, menjelaskan bahwa program bedah rumah ini muncul secara spontan. Beberapa alumni yang mengunjungi rumah mantan guru mereka menemukan kondisinya sangat tidak layak, sehingga mereka berinisiatif untuk menggalang dana.
“Ide ini muncul pada 30 Desember 2024. Pembangunan dimulai pada 20 Januari 2025 dan selesai pada 25 Maret 2025. Dana yang terkumpul mencapai Rp 170 juta, ditambah bantuan berupa bahan bangunan, sehingga totalnya mencapai sekitar Rp 250 juta,” kata Agung.
Renovasi rumah ini menjadi proyek pertama bedah rumah yang dilakukan oleh alumni Regina Pacis. Meski belum ada rencana pasti untuk proyek serupa ke depan, Agung menegaskan bahwa jika ada mantan guru yang membutuhkan bantuan, alumni akan mempertimbangkan untuk kembali turun tangan.
“Pak Cabot sudah meninggal sejak 1994, namun ini adalah bentuk kepedulian kami terhadap keluarganya,” pungkasnya.