AS Tak Kenakan Tarif pada Rusia, Ini Alasannya

WASHINGTON, Denting.id – Pemerintah Amerika Serikat mengungkap alasan di balik keputusan tidak memasukkan Rusia dalam daftar negara yang dikenai tarif impor baru oleh Presiden Donald Trump. Menurut Gedung Putih, langkah tersebut diambil guna menghindari gangguan terhadap proses negosiasi damai yang tengah berlangsung untuk mengakhiri konflik Rusia-Ukraina.

Hal itu disampaikan oleh Direktur Dewan Ekonomi Gedung Putih, Kevin Hassett, dalam wawancara dengan ABC yang disiarkan pada Selasa (7/4/2025).

Pekan lalu, Presiden Trump mengumumkan kebijakan tarif baru terhadap barang-barang impor dari puluhan negara, dengan besaran bea masuk antara 10% hingga 50%. Negara-negara yang terdampak termasuk China, negara-negara anggota Uni Eropa, serta Jepang. Kebijakan ini disebut sebagai bagian dari strategi untuk memperkuat industri dalam negeri dan menyeimbangkan neraca perdagangan yang dianggap merugikan AS.

Namun, dari daftar negara yang dikenai tarif tersebut, tidak terdapat nama Rusia, Belarusia, Kuba, maupun Korea Utara.

Saat ditanya mengenai pengecualian terhadap Rusia, Hassett menjelaskan bahwa keputusan itu berkaitan langsung dengan upaya diplomasi yang tengah berjalan. “Jelas ada negosiasi yang sedang berlangsung dengan Rusia dan Ukraina,” ujar Hassett. “Gedung Putih tidak ingin mencampuradukkan kedua isu tersebut.”

Ketika didesak apakah langkah tersebut merupakan keputusan yang tepat, Hassett menegaskan bahwa menambahkan isu baru di tengah proses negosiasi yang sensitif bukanlah langkah bijaksana. “Itu bisa membahayakan keseluruhan proses yang menyangkut kehidupan jutaan orang,” katanya.

Wartawan ABC, George Stephanopoulos, menanggapi bahwa negosiator sering kali membawa isu baru ke meja perundingan. Namun, Hassett bersikukuh bahwa “tidak tepat” untuk melakukan hal tersebut dalam konteks ini.

Hubungan AS-Rusia Mulai Mencair

Pemerintahan Trump dalam beberapa minggu terakhir dilaporkan aktif terlibat dalam dialog dengan Moskow untuk mencari jalan damai atas perang di Ukraina. Baik AS maupun Rusia menggambarkan proses negosiasi ini sebagai produktif, dengan adanya sinyal bahwa kemungkinan gencatan senjata bisa dicapai dalam waktu dekat.

Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, sebelumnya juga menyatakan bahwa alasan lain pengecualian Rusia dari tarif adalah karena volume perdagangan antara kedua negara sudah sangat kecil. “Amerika tidak memiliki hubungan dagang yang signifikan dengan Rusia. Sanksi yang ada sudah cukup efektif,” katanya kepada Fox News.

Menurut data pemerintah AS, nilai impor dari Rusia turun drastis menjadi sekitar USD3 miliar pada 2024, menyusut 34,2% dibanding tahun sebelumnya.

Baca juga : Rusia dan AS Bahas Kerja Sama Logam Tanah Jarang, Proyek Bersama Dibuka

Sinyal mencairnya hubungan diplomatik kedua negara juga terlihat dari kunjungan Kirill Dmitriev, utusan ekonomi khusus Presiden Rusia Vladimir Putin, ke Washington pekan ini. Dalam kunjungan tertutup tersebut, Dmitriev bertemu dengan sejumlah pejabat tinggi pemerintah AS dan kalangan bisnis, yang merupakan kunjungan tertinggi Rusia ke AS sejak konflik Ukraina meletus.

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *