Jakarta, Denting.id – Pemerintah China menyatakan akan tetap melindungi kepentingan investor dan pengusaha Amerika Serikat meskipun memberlakukan tarif tambahan sebesar 34 persen terhadap produk-produk impor dari AS. Langkah ini merupakan balasan atas kebijakan Presiden Donald Trump yang terlebih dahulu menaikkan tarif impor barang dari China dengan angka serupa.
Wakil Menteri Perdagangan China, Ling Ji, menyampaikan jaminan tersebut kepada para perwakilan perusahaan Amerika Serikat dalam sebuah pertemuan resmi. Ia menekankan bahwa langkah tarif tambahan ini bukan ditujukan untuk menghukum, melainkan untuk membawa Amerika Serikat kembali ke jalur perdagangan multilateral yang adil.
“[Tarif tambahan] itu ditujukan untuk membawa Amerika Serikat kembali ke jalur yang benar dalam sistem perdagangan multilateral,” ujar Ling Ji seperti dilansir AFP, Senin (7/4/2025).
Ling juga menegaskan bahwa akar dari meningkatnya tensi dagang ini berasal dari kebijakan sepihak Amerika Serikat. Ia mengimbau perusahaan-perusahaan AS di China untuk mengambil pendekatan pragmatis dalam menyikapi situasi yang tengah berlangsung.
“Perusahaan perlu mengambil tindakan pragmatis untuk bersama-sama menjaga stabilitas rantai pasokan global dan mendorong kerja sama timbal balik serta hasil yang saling menguntungkan,” ujarnya.
Pemerintah China secara resmi menetapkan tarif tambahan sebesar 34 persen untuk semua produk asal Amerika Serikat, yang mulai berlaku pada 10 April 2025. Kebijakan ini diumumkan oleh Komisi Tarif Bea Cukai Dewan Negara China pada Jumat (4/4), sebagai respons atas pengumuman Presiden Trump pada Rabu (2/4) lalu yang juga menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China.
Tak hanya itu, China juga mulai memberlakukan kontrol ekspor terhadap tujuh jenis hasil bumi langka, seperti gadolinium dan yttrium, yang memiliki peranan vital dalam produksi perangkat elektronik.
Menurut data perdagangan tahun 2024, ekspor Amerika Serikat ke China tercatat sebesar US$144,6 miliar. Angka ini jauh lebih kecil dibanding ekspor China ke AS yang mencapai US$439,7 miliar—menggambarkan ketidakseimbangan yang selama ini menjadi sorotan dalam retorika ekonomi Trump.
Kementerian Luar Negeri China menyatakan bahwa mereka tidak menginginkan konflik, namun tidak akan mundur menghadapi tekanan. Dalam pernyataan resmi yang dikutip CNN, Minggu (6/4), China menegaskan bahwa pendekatan koersif bukanlah cara yang tepat untuk menjalin hubungan bilateral.
“Kami tidak mencari konflik, namun kami juga tidak takut menghadapinya. Tekanan dan ancaman bukanlah cara yang tepat untuk berinteraksi dengan China,” tulis pernyataan tersebut.
“Langkah AS berusaha menggulingkan tatanan ekonomi dan perdagangan internasional yang telah ada, dengan memprioritaskan kepentingan nasional AS di atas kepentingan bersama komunitas internasional,” tambahnya.
Ketegangan terbaru ini menjadi babak baru dalam perang dagang antara dua negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia, yang diprediksi akan terus memengaruhi pasar global dan stabilitas perdagangan internasional dalam waktu dekat.