Jakarta, denting.id – Tren perjalanan wisatawan domestik selama libur Lebaran 2025 diprediksi mengalami penurunan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya.
Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) mencatat tingkat okupansi hotel hanya meningkat selama tiga hingga empat hari, sebelum turun drastis di berbagai daerah.
“Kalau kita dengarkan dari PHRI di daerah, trennya jelas menurun. Lonjakan okupansi hanya terjadi dalam waktu singkat, lalu turun tajam dari 80–90 persen menjadi sekitar 20 persen, bahkan di bawah itu di beberapa tempat,” ujar Sekretaris Jenderal PHRI, Maulana Yusran, saat dihubungi dari Jakarta, Jumat (11/4).
Menurut Yusran, tren penurunan ini sejalan dengan data pemerintah yang mencatat penurunan pergerakan pengguna moda transportasi hingga 30 persen.
Selain itu, sektor akomodasi seperti hotel dan restoran turut terdampak akibat menurunnya daya beli masyarakat.
Baca juga : Kaki Kram Saat Jalan? Bisa Jadi Tanda Penyakit Serius
“Situasi ekonomi sedang tidak bagus. Ada gelombang PHK, dinamika kebijakan dalam negeri yang belum kondusif, serta lonjakan kasus pinjaman online. Semua ini berdampak pada keputusan masyarakat untuk tidak melakukan perjalanan atau mudik,” tambahnya.
Yusran mengungkapkan bahwa memang ada beberapa daerah yang mencatat lonjakan okupansi, seperti di Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, dan Sumatera Barat.
Namun, tren ini dinilai tidak akan bertahan lama meskipun libur Lebaran tahun ini cukup panjang.
“Kita baru saja melewati low season yang sangat parah selama bulan puasa, jadi meskipun ada lonjakan, ekspektasi tidak tercapai. Setelah puncak kunjungan, okupansi langsung drop,” jelasnya.
Menanggapi situasi ini, PHRI telah berkoordinasi dengan Kementerian Pariwisata untuk mencari solusi. Namun, keterbatasan anggaran membuat pelaksanaan program-program yang melibatkan hotel dan restoran menjadi terbatas.
“Kami berharap ke depan ada kebijakan yang bisa mendukung pemulihan sektor ini, termasuk insentif untuk pelaku usaha dan kegiatan yang mendorong pergerakan wisatawan domestik,” tutup Yusran.
Baca juga : Bayi Lahir Musim Dingin Punya Metabolisme Lebih Cepat, Kok Bisa?