Bogor, Denting.id – Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, kembali menegaskan komitmennya terhadap pelestarian alam dan budaya lokal. Dalam kunjungan emosional ke kawasan Puncak, Bogor, Dedi mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama menghijaukan kembali daerah yang selama ini menjadi ikon wisata dan paru-paru alam Jawa Barat.
Dalam sebuah unggahan video reels di akun Instagram pribadinya, @dedimulyadi71, tampak Dedi berdiri di tengah lahan gundul, dikelilingi bukit-bukit tandus yang dulunya hijau. Ia menyampaikan pesan yang kuat dan penuh keprihatinan tentang pentingnya menjaga alam.
“Puncak bukan sekadar tempat wisata, ini rumah kita bersama. Jangan biarkan alam kita menangis,” ucapnya, sembari menunjuk ke arah lereng yang rusak akibat pembangunan liar dan pembabatan pohon.
Menurut Dedi, kerusakan lingkungan di Puncak tidak hanya berdampak pada estetika, tetapi juga meningkatkan risiko bencana seperti banjir, longsor, dan hilangnya mata air. Ia menekankan perlunya kolaborasi antara masyarakat, pemilik lahan, dan pelaku usaha untuk menyelamatkan kawasan tersebut.
Tidak hanya Puncak, perhatian Dedi juga tertuju pada Batu Tulis di Kota Bogor, kawasan bersejarah peninggalan Kerajaan Pakuan Pajajaran. Ia mendukung pengembangan Bumi Ageng Batu Tulis sebagai pusat kebudayaan dan sejarah Sunda.
“Penghijauan itu tidak hanya soal pohon, tapi juga tentang merawat akar budaya. Batu Tulis adalah identitas kita,” katanya.
Langkah konkret pun telah diambil oleh Pemprov Jawa Barat. Program penanaman ribuan pohon endemik mulai dijalankan di kawasan Puncak, bekerja sama dengan masyarakat dan pegiat lingkungan. Sementara itu, inisiatif revitalisasi lahan tidur dan penciptaan ruang hijau publik di Batu Tulis juga sedang dalam tahap perencanaan.
Dedi menambahkan bahwa pemerintah siap memberikan insentif bagi warga yang bersedia mengonversi lahannya menjadi hutan rakyat atau taman komunitas.
“Kita beri insentif, kita bantu teknisnya, agar masyarakat merasa memiliki,” ujarnya.
Bagi Dedi Mulyadi, menjaga lingkungan dan budaya adalah perjuangan yang tidak bisa ditunda. Ia ingin membangkitkan semangat gotong royong khas masyarakat Sunda demi merawat warisan untuk generasi mendatang.
“Kita tidak bisa lagi menunggu. Kalau bukan kita yang menjaga, siapa lagi?” tutupnya.
Baca juga : Dedi Mulyadi Akan Rubah Ruang Hijau Baru di Lokasi Longsor Batutulis, Menjadi Leuweung Batutulis
Seruan Dedi bukan sekadar ajakan, tapi sebuah panggilan sadar untuk bertindak. Sebab bumi yang kita tinggali hari ini adalah titipan bagi anak cucu, bukan milik yang bisa dihabiskan.