Terlalu Sering Minum Antibiotik? Anak Bisa Alami Masalah Kesehatan Serius

Jakarta, denting.id – Penggunaan antibiotik secara berulang pada anak-anak dapat memicu gangguan kesehatan jangka panjang, termasuk alergi dan ketidakseimbangan mikrobioma usus. Temuan ini berasal dari studi terbaru yang dipublikasikan dalam Journal of Infectious Diseases.

Dilansir dari Medical Daily, Kamis (17/4), para peneliti menemukan bahwa paparan antibiotik yang sering sejak usia dini dapat mengganggu keseimbangan mikroba usus yang masih rapuh. Gangguan ini diyakini menjadi pemicu munculnya berbagai kondisi alergi di kemudian hari, seperti asma, alergi makanan, dan demam serbuk sari.

“Antibiotik memang berperan penting dalam mengatasi infeksi bakteri, namun dokter harus lebih berhati-hati saat meresepkan antibiotik kepada anak di bawah usia dua tahun. Penggunaan yang terlalu sering bisa berdampak pada kesehatan jangka panjang,” ujar Daniel Horton, penulis utama studi sekaligus profesor madya pediatri dan epidemiologi di Rutgers Robert Wood Johnson Medical School.

Baca juga : Sinergi Ariel Tatum & Mouly Surya, Kunci Karakter Fatimah di Perang Kota

Studi ini juga menyinggung kemungkinan adanya kaitan antara penggunaan antibiotik dan risiko cacat intelektual. Meskipun demikian, Horton menegaskan bahwa dibutuhkan penelitian lanjutan untuk memperkuat temuan tersebut.

Di sisi lain, penelitian ini tidak menemukan hubungan signifikan antara penggunaan antibiotik dengan risiko penyakit autoimun seperti celiac, radang usus, maupun juvenile idiopathic arthritis. Selain itu, tidak ditemukan keterkaitan kuat antara antibiotik dengan gangguan perkembangan saraf seperti ADHD (Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder) atau ASD (Autism Spectrum Disorder).

Jenis antibiotik yang digunakan serta frekuensi konsumsinya juga menjadi faktor penting. Risiko gangguan kesehatan meningkat seiring dengan semakin seringnya antibiotik diberikan.

“Tidak semua infeksi pada anak kecil harus diobati dengan antibiotik. Sangat penting bagi orang tua untuk terus berkonsultasi dengan dokter anak guna menentukan perawatan terbaik,” tambah Horton.

Dengan temuan ini, para ahli mendorong pendekatan yang lebih bijak dalam penggunaan antibiotik, khususnya pada masa awal pertumbuhan anak, demi menjaga kesehatan jangka panjang mereka.

Baca juga : Hamil Boleh Makan Cokelat? Ini Jawabannya!

 

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *