Gorontalo, denting.id – Suasana duka masih menyelimuti kediaman keluarga Regina Malaka di Desa Taluduyunu, saat Rektor Universitas Negeri Gorontalo (UNG), Eduart Wolok, datang menyampaikan belasungkawa atas kepergian mahasiswi Teknik Geologi itu yang tewas terseret arus sungai. Dalam kunjungan tersebut, Rektor bahkan turut berdoa di makam almarhumah yang berada tepat di belakang rumah keluarga.
Regina merupakan satu dari tiga mahasiswa UNG yang meninggal dunia dalam musibah tragis saat kegiatan lapangan di Desa Dunggilata, Selasa (15/4). Saat itu, sepuluh mahasiswa Teknik Geologi terbawa arus deras sungai saat hendak menyeberang.
“Atas nama pribadi dan seluruh civitas akademika UNG, saya menyampaikan belasungkawa yang sebesar-besarnya. Kami turut berduka dan merasa sangat kehilangan,” ungkap Eduart Wolok di Gorontalo, Jumat (18/4).
Baca juga : DPRD Kota Bogor Desak Transformasi Digital Sistem Pajak Daerah
Menurut Rektor, kunjungan ini bukan sekadar bentuk tanggung jawab institusi, melainkan juga wujud rasa empati sebagai bagian dari keluarga besar UNG yang berduka atas kehilangan salah satu mahasiswi terbaiknya.
Didampingi jajaran pimpinan universitas, Rektor mengawali kunjungan dengan mendatangi kediaman orang tua almarhumah Regina Malaka. Di sana, ia disambut oleh kedua orang tua korban dengan haru. Suasana semakin khidmat ketika rombongan UNG turut menziarahi makam Regina dan memanjatkan doa serta zikir bersama.
Rektor juga menyampaikan harapannya agar keluarga diberi kekuatan dan ketabahan dalam menghadapi musibah ini.
Usai dari Taluduyunu, Rektor UNG bersama rombongan melanjutkan kunjungan ke kediaman dua korban lainnya di Desa Inobonto dan Ratatotok, Provinsi Sulawesi Utara. Mereka juga menemui mahasiswa yang selamat untuk memberikan dukungan moril dan semangat pemulihan pasca tragedi.
Kunjungan ini menjadi bukti nyata kehadiran kampus dalam menguatkan ikatan emosional antara mahasiswa, keluarga, dan institusi, terutama di tengah situasi penuh duka seperti ini.
Baca juga : Supir Taksi Nekad Hadang Mobil Dedi Mulyadi di Puncak, Protes Transportasi Asing