Waspadai Faktor Lingkungan Penyebab Diabetes Tipe 1 pada Anak

Jakarta, denting.id – Meskipun faktor genetik berperan dalam risiko diabetes melitus (DM) tipe 1 pada anak, para ahli menegaskan bahwa faktor lingkungan juga memiliki peran besar dalam memicu kemunculan penyakit ini secara tiba-tiba melalui mekanisme autoimun.

Hal tersebut disampaikan oleh DR Dr. Nur Rochmah, Sp.A, Subsp.Endo(K), dari Unit Kerja Koordinasi (UKK) Endokrinologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dalam seminar mengenai pengelolaan diabetes tipe 1 pada anak yang berlangsung di Jakarta, Selasa (29/4).

“Patogenesisnya ada proses kerentanan genetik. Ada gen yang berperan, tapi kalau tidak terpicu faktor lingkungan, penyakitnya bisa saja tidak muncul. Baru ketika ada pemicu dari lingkungan, barulah terjadi manifestasi dalam bentuk proses autoimun,” jelas dr. Nur Rochmah.

Ia menambahkan, faktor genetik hanya menyumbang sekitar 20 persen risiko, sementara sisanya dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, seperti kekurangan vitamin D atau infeksi tertentu yang pernah dialami anak. Proses autoimun ini, menurutnya, dapat berlangsung selama bertahun-tahun sebelum gejala diabetes muncul.

“Ketika pasien datang dengan gejala, secara teori sel beta pankreas yang memproduksi insulin tinggal sekitar 10 persen. Artinya, kerusakan sudah berlangsung cukup lama,” ujarnya.

DM tipe 1 pada anak biasanya mulai muncul sejak usia enam bulan hingga menjelang remaja. Penyakit ini ditandai dengan kerusakan sel beta pankreas secara progresif yang mengakibatkan produksi insulin terganggu.

Baca juga : Pesan Pram: Slank Harus Tetap Bersatu Tanpa Bunda Iffet

Sebagai langkah pencegahan, dr. Nur menyarankan agar anak-anak mendapatkan pola hidup sehat sejak dini dan memperhatikan kecukupan vitamin D. “Faktor genetik tidak bisa diubah, tapi kita bisa cegah manifestasinya dengan gaya hidup yang sehat. Vitamin D juga punya peran penting dalam pencegahan primer,” katanya.

Dalam kesempatan yang sama, Konsultan Endokrin Anak dari RSUD Wangaya Denpasar, Dr. dr. I Wayan Bikin Suryawan, mengingatkan pentingnya deteksi dini karena DM tipe 1 kerap kali baru terdiagnosis setelah gejalanya parah.

“Sering kali pasien datang dalam kondisi sesak napas, sakit perut, atau muntah-muntah. Ini mirip gejala paru-paru. Padahal bisa jadi gula darahnya sangat tinggi. Kalau tidak diperiksa, pasien bisa tidak tertolong,” jelas dr. Wayan.

Ia menekankan bahwa pemeriksaan gula darah seharusnya menjadi salah satu langkah awal dalam menangani pasien anak dengan kondisi darurat yang tidak jelas penyebabnya.

“Kalau DM, akan langsung kelihatan dari kadar gula darah. Begitu ketahuan, kita bisa langsung berikan insulin dan edukasi pada orang tua untuk perawatan selanjutnya,” ujarnya.

Para ahli menegaskan bahwa pemahaman masyarakat tentang gejala awal diabetes tipe 1 dan kesadaran akan pentingnya pemeriksaan dini sangat krusial untuk mencegah komplikasi yang lebih parah pada anak.

 

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *