Bandung, denting.id – Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi melontarkan pernyataan kontroversial: barak pendidikan ala militer justru lebih menjamin hak-hak anak dibandingkan kehidupan di rumah sendiri.
“Banyak anak kehilangan haknya, bukan karena militerisasi, tapi karena orang tua sibuk cari uang,” ujar Dedi dalam pidato Hari Kebangkitan Nasional, Selasa (20/5/2025).
Menurutnya, fenomena ekonomi modern membuat banyak anak “terbuang” — diasuh kakek-nenek, ditinggal orang tua yang bekerja di luar negeri, dan tumbuh tanpa kontrol perilaku. Ia mencontohkan seorang kakek yang disakiti cucunya hanya karena dilarang main game.
Dedi menegaskan bahwa disiplin bukan bentuk pelanggaran hak anak. Ia mempertanyakan logika publik yang menolak metode pendidikan tegas seperti membangunkan anak subuh, menyuruh membereskan tempat tidur, belajar dengan fokus, hingga ikut kegiatan rohani.
“Kalau anak diajarkan bangun subuh, belajar tertib, makan bergizi, olahraga, dan tidur teratur, kenapa dianggap pelanggaran? Justru di situlah hak anak dipenuhi,” katanya.
Lebih lanjut, ia mengkritik sistem pendidikan digital yang dinilainya kering dari nilai spiritual dan hubungan emosional antara guru dan murid. “Pendidikan hari ini kehilangan roh. Guru dan murid terputus oleh layar,” tegasnya.
Dedi menilai barak pendidikan ala TNI bisa menjadi solusi dari degradasi disiplin dan hilangnya peran keluarga dalam membentuk karakter anak.
Baca juga : Dedi Disentil: Jabar Bukan Panggung One Man Show