Jakarta,denting.id — Saat gempa mengguncang, naluri orang tua untuk segera menyelamatkan anak adalah hal yang wajar. Namun, keputusan tergesa justru bisa berujung petaka bila tak memahami risiko di baliknya. Salah satu kesalahan paling fatal: membawa anak menggunakan lift untuk evakuasi.
Dalam sebuah seminar daring tentang penanganan kondisi bahaya pada anak, dr. Abdul Chairy, dokter spesialis anak lulusan Universitas Gadjah Mada, menegaskan bahwa lift bukanlah jalur aman saat gempa melanda.
“Kelihatannya cepat, tapi risikonya sangat besar. Saat gempa, kabel lift bisa terbakar, korslet, bahkan mati total. Itu justru membuat kita terjebak di dalam,” kata Chairy, dalam acara yang digelar RS Pusat Otak Nasional bekerja sama dengan UKK Emergensi dan Terapi Intensif Anak (ETIA) IDAI Jakarta, Selasa.
Menurut Chairy, penggunaan lift saat bencana dapat berujung pada kondisi mengerikan—terperangkap dalam ruang sempit, gelap, pengap, bahkan berpotensi terbakar. Di tengah bangunan yang mungkin mengalami kerusakan struktural, penyelamatan pun menjadi jauh lebih sulit.
Sebagai solusi, ia menegaskan pentingnya menggunakan tangga darurat, jalur yang memang dirancang untuk evakuasi aman saat keadaan darurat. Lebih jauh, ia mengimbau masyarakat untuk membiasakan diri mengenali jalur evakuasi dan titik kumpul di tempat-tempat yang sering dikunjungi, mulai dari sekolah, kantor, hingga pusat perbelanjaan.
Orang tua juga diingatkan untuk membimbing anak menjauhi area berisiko seperti etalase kaca, terutama di mal atau gedung yang penuh pajangan.
“Fokus utamanya adalah menghindari bahaya dan mencari perlindungan. Jika memungkinkan, berlindunglah di bawah meja yang kokoh. Jangan langsung terburu-buru keluar, karena bisa justru menambah risiko,” jelasnya.
Dengan kesiapan dan pengetahuan yang tepat, potensi risiko saat bencana dapat ditekan. Karena dalam kondisi darurat, keputusan sekecil apapun bisa membawa dampak besar—antara keselamatan dan bahaya.
Baca juga : Wisata Bebas Pungli, Kunci Pariwisata Berkualitas
Baca juga : Skrining Darah, Cegah Warisan Thalasemia ke Anak