Jakarta, denting.id – Banyak perempuan tidak menyadari bahwa kehamilan dan proses melahirkan bisa membawa dampak jangka panjang terhadap kekuatan otot panggul. Bahkan, hanya dengan satu kali persalinan, pelemahan otot panggul bisa mencapai 30 persen.
Hal ini disampaikan oleh Spesialis Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI), Dr. dr. Fernandi, Sp.OG (K), dalam keterangan tertulis pada Rabu (28/5). Menurutnya, seiring bertambahnya usia, terlebih setelah melewati masa kehamilan dan melahirkan, otot-otot panggul perempuan akan mengalami penurunan fungsi secara alami.
“Ketika hormon menurun seiring bertambahnya usia, organ-organ tubuh juga ikut melemah, termasuk otot panggul yang menopang organ penting seperti rahim, kandung kemih, dan usus,” ujar dr. Fernandi.
Otot panggul, jelasnya, harus meregang saat proses persalinan untuk memberi ruang bagi bayi lahir. Namun pada kondisi tertentu, seperti ukuran bayi yang besar (lebih dari 3,5 hingga 4 kilogram), peregangan bisa melampaui ambang elastisitas otot, yang berujung pada penurunan kekuatan otot tersebut.
Gejala dari pelemahan otot panggul biasanya tak langsung terasa. Namun dalam jangka waktu 5–10 tahun, perempuan bisa mulai mengalami gangguan seperti kesulitan menahan buang air kecil akibat perubahan posisi organ dalam.
Untuk itu, dr. Fernandi menyarankan agar perempuan yang pernah hamil dan melahirkan—baik melalui persalinan normal maupun caesar—melakukan deteksi dini dengan USG serta rutin melakukan senam otot dasar panggul (senam kegel). Deteksi dan penanganan sejak dini dinilai sangat penting untuk mencegah komplikasi di masa depan.
“Kesadaran untuk memeriksa kondisi panggul sejak anak pertama sangat penting. Jangan tunggu sampai gejala muncul. Lakukan pemeriksaan dan konsultasi lebih awal,” tegasnya.
Baca juga : Opie Ovie Bawa Keindahan Batik Nitik dalam Fashion Show Bergengsi di Riyadh
Baca juga : Midtrans Hadirkan Fitur Static QRIS, Permudah Pembayaran di Seluruh Merchant