Dari Congklak hingga Canting: Anak-anak Cikeas Temukan Akar Budaya Lewat Jenaka Vol. 2

Bogor, denting.id – Di tengah derasnya arus digital dan budaya global, sekelompok anak di Desa Cikeas, Kabupaten Bogor, justru menemukan kegembiraan dari congklak, karet gelang, dan goresan malam di kain. Mereka sedang belajar mencintai jati diri lewat cara yang paling menyenangkan: bermain dan membatik.

Sebanyak 40 anak dari Desa Cikeas, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, larut dalam semangat bermain sambil belajar budaya dalam kegiatan Jenaka Vol. 2: Aku Bangga Budayaku, yang digelar Kamis (29/5/2025).

Acara yang digagas oleh komunitas Zilenial Bergerak Kota Bogor dan Pojok Aksara Desa Cikeas ini mengajak anak-anak untuk kembali mengenal kekayaan budaya lokal, dari permainan tradisional seperti congklak dan lompat karet, hingga membatik menggunakan canting.

“Budaya harus dikenalkan sejak dini, tapi dengan cara yang menyenangkan. Anak-anak hari ini tumbuh di dunia digital, jadi perlu pendekatan yang kreatif agar mereka merasa memiliki,” ujar Reza, Ketua Zilenial Bergerak.

Melalui kegiatan ini, anak-anak tak hanya bermain, tapi juga belajar tentang nilai-nilai lokal, kebersamaan, dan kreativitas. Tak ada panggung megah, tak ada sponsor besar—hanya semangat gotong royong dari komunitas dan relawan yang ingin anak-anak Cikeas tetap terhubung dengan akar budayanya.

Saidah, Ketua Pojok Aksara Cikeas, menyebut kegiatan ini sebagai langkah penting dalam pembentukan karakter. “Permainan tradisional dan kegiatan budaya seperti membatik punya nilai pendidikan yang kuat—ini soal identitas,” ungkapnya.

Seluruh rangkaian acara disusun secara mandiri oleh kedua komunitas, mulai dari logistik hingga pendampingan anak. Bahkan orang tua dan warga sekitar ikut berpartisipasi aktif, menjadikan kegiatan ini bukan hanya milik komunitas, tapi milik kampung itu sendiri.

Lebih dari sekadar kegiatan rutin, Jenaka menjadi ruang tumbuh yang hidup bagi generasi muda—sebuah upaya nyata menjaga jati diri budaya di tengah tantangan modernisasi.

“Anak-anak ini kelak akan jadi penjaga tradisi. Jika mereka bisa bangga dengan budaya sendiri sejak kecil, masa depan kita masih punya harapan,” tutup Reza.

Baca juga : Larangan Angkot Masuk Puncak Kembali Berlaku, Sopir Diimbangi Kompensasi Rp400 Ribu

Baca juga : Dorong IPB Lebih Dekat ke Kota, Wali Kota Bogor Siapkan Koridor Baru Biskita Hingga Dramaga

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *