Jakarta, denting.id – Di tengah peringatan Hari Lahir Pancasila, PDIP menggelar refleksi mendalam. Bukan sekadar seremoni, momen ini dimanfaatkan untuk mengingatkan kembali bahaya laten korupsi dan keserakahan sumber daya yang dianggap mencederai nilai-nilai luhur bangsa.
Ketua DPP PDI Perjuangan, Djarot Saiful Hidayat, menyampaikan pesan tajam pada upacara peringatan Hari Lahir Pancasila, Minggu (1/6), yang digelar di halaman Masjid At-Taufik, Lenteng Agung.
Di hadapan ratusan kader partai, Djarot mengingatkan bahwa praktik korupsi dan eksploitasi tambang secara masif merupakan bentuk pengkhianatan terhadap nilai-nilai Pancasila.
“Mereka yang korupsi sampai miliaran hingga ratusan miliar, itu bukan Pancasilais. Itu pengkhianat Pancasila,” tegasnya.
Tak hanya soal korupsi, Djarot juga menyoroti pihak-pihak yang menguasai lahan tambang ribuan hektare dan merugikan rakyat serta merusak lingkungan hidup. Menurutnya, tindakan semacam itu jelas-jelas tidak sejalan dengan prinsip keadilan sosial dan kelestarian alam yang terkandung dalam Pancasila.
“Yang menguasai tambang besar dan menyengsarakan rakyat serta lingkungan, itu juga pengkhianat Pancasila dan harus kita lawan,” ucap Djarot lantang.
Lebih lanjut, Djarot menegaskan bahwa Pancasila tidak boleh hanya dijadikan slogan, simbol, atau sekadar retorika politik. Ia menyebutkan bahwa warisan Bung Karno ini harus diperjuangkan dan diwujudkan dalam perilaku dan kebijakan nyata.
“Pancasila bukan azimat atau jargon. Ia harus dihidupkan dalam keseharian, dalam sikap melawan korupsi dan ketidakadilan,” ujarnya.
Ia pun menyerukan agar kader PDIP menjadikan jiwa Pancasila sebagai kompas moral agar tak terjerumus ke dalam tindakan yang mencederai bangsa.
Dalam upacara yang berlangsung khidmat itu, hadir sejumlah tokoh PDIP seperti Ganjar Pranowo, Tri Rismaharini, Rano Karno, Adian Napitupulu, serta jajaran pengurus DPP, DPC, dan PAC PDIP dari DKI Jakarta dan Bogor. Mereka mengenakan seragam khas Cakra Buana warna hitam, sementara para elite mengenakan baju merah PDIP.
Sementara itu, Ketua Umum Megawati Soekarnoputri dan Puan Maharani tidak tampak hadir dalam upacara tersebut.
Pesan yang disampaikan Djarot dalam peringatan ini menjadi refleksi serius, terutama di tengah meningkatnya ketimpangan dan isu etika dalam pengelolaan sumber daya alam. Ia mengajak seluruh elemen bangsa untuk kembali pada akar ideologi, demi Indonesia yang adil dan berdaulat secara utuh.
“Ketimpangan semakin lebar, dan itu harus kita lawan bersama. Dengan jiwa Pancasila, kita harus terus berjuang,” pungkas Djarot.
Baca juga : Pancasila Jadi Kompas Moral Bangsa, Seskab Ajak Kembali ke Jati Diri Indonesia
Baca juga : Hangatnya Diplomasi Prabowo–Macron Diakhiri dengan Penghormatan di Yogyakarta