Industri Manufaktur Inggris Tersendat: Sinyal Lemah dari Jantung Ekonomi Eropa

London, denting.id –Angin segar belum juga berembus ke pabrik-pabrik di Inggris. Sektor manufaktur, yang selama ini menjadi tulang punggung industri Negeri Ratu Elizabeth, kembali mencatat kinerja suram selama Mei 2025, menandakan ketegangan global terus membayangi dunia usaha.

Sektor manufaktur Inggris mengalami kontraksi selama tujuh bulan berturut-turut hingga Mei 2025, di tengah tekanan dari pasar global yang lesu, ketidakpastian kebijakan perdagangan, dan lonjakan biaya tenaga kerja. Hal ini terungkap dari laporan terbaru S&P Global yang dirilis pada Senin (2/6).

Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers’ Index/PMI) Manufaktur Inggris yang telah disesuaikan secara musiman tercatat berada di level 46,4 pada Mei, sedikit naik dari 45,4 pada April. Meski ada peningkatan, angka ini tetap berada di bawah ambang batas 50, yang menandakan kontraksi sektor.

Data S&P Global mengungkapkan bahwa produksi manufaktur terus menurun untuk bulan ketujuh secara beruntun, dengan penurunan volume pesanan baru selama delapan bulan terakhir. Permintaan, baik dari pasar domestik maupun internasional, tetap lemah.

Lebih memprihatinkan, pesanan ekspor baru tercatat turun selama 40 bulan berturut-turut. Ketidakpastian terkait tarif, regulasi pemerintah, dan dinamika pasar global disebut sebagai pemicu utama anjloknya permintaan luar negeri.

“Produsen-produsen kecil terkena dampak paling berat. Mereka mengalami penurunan output dan permintaan secara drastis, serta dilanda penurunan kepercayaan bisnis yang hampir menyentuh titik nadir,” ujar Rob Dobson, Direktur S&P Global Market Intelligence.

Dobson menambahkan bahwa tren pemutusan hubungan kerja (PHK) di sektor manufaktur juga mengalami percepatan, mencerminkan tekanan berat yang dialami industri tersebut.

Dengan kondisi perdagangan yang masih bergejolak dan ketidakpastian ekonomi yang belum mereda, prospek sektor manufaktur Inggris dinilai masih suram dalam beberapa bulan mendatang.

“Jika tidak ada perubahan signifikan, stabilisasi yang diharapkan justru bisa berubah menjadi kontraksi yang lebih dalam,” tutup Dobson.

 

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *