Jakarta, Denting.id – Presiden RI Prabowo Subianto melontarkan pernyataan menarik saat menghadiri St. Petersburg International Economic Forum (SPIEF) 2025 di Rusia. Ia menyebut Rusia dan China sebagai negara yang tidak menerapkan standar ganda dan selalu konsisten membela keadilan serta rakyat yang menderita. Pernyataan ini pun menuai beragam respons dari para pakar.
“Banyak negara selatan setuju dengan saya bahwa Rusia dan China adalah negara yang tidak standar ganda. Mereka selalu membela orang yang menderita, membela keadilan semua rakyat negara-negara dunia,” kata Prabowo dalam pidatonya, Jumat (20/6/2025).
Kritik Tersirat terhadap AS?
Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia (UI) Hikmahanto Juwana menilai pernyataan Prabowo mengandung kritik halus yang ditujukan kepada Amerika Serikat (AS), terutama terkait kebijakan luar negeri yang dinilainya kerap menunjukkan standar ganda.
“Betul, ini kritik terhadap AS yang kerap memiliki standar ganda. Terlebih lagi di bawah kepemimpinan Trump, standar gandanya sangat terlihat, terutama dalam membela Israel secara membabi buta, padahal tindakan Israel belum tentu benar,” kata Hikmahanto kepada wartawan, Minggu (21/6/2025).
Mengapa Prabowo Pilih Rusia Ketimbang G7?
Hikmahanto juga menyebut langkah Prabowo yang memilih menghadiri forum di Rusia ketimbang Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 di Kanada sebagai keputusan strategis. Ia menyebut setidaknya ada empat alasan penting di balik keputusan itu:
1. Lebih didengar: Di forum G7, Indonesia hanya akan dianggap sebagai negara berkembang, sedangkan di Rusia, Presiden Prabowo bisa membentuk kesepakatan bilateral langsung.
2. Posisi istimewa: Di Rusia, Prabowo menjadi tamu utama, bukan sekadar peserta tambahan seperti di G7.
3. Isu Palestina dan Iran: Kunjungan ke Rusia memberi ruang lebih luas untuk membahas konflik Gaza dan perang Israel-Iran, dua isu yang dinilai tidak mendapat perhatian netral dari AS.
4. Posisi geopolitik: Pergi ke Kanada bisa dipersepsikan sebagai keberpihakan pada negara-negara barat (OECD), sementara kunjungan ke Rusia memperkuat persepsi bahwa Indonesia mendukung kelompok negara-negara BRICS.
Pendapat Berbeda dari Unpad
Sementara itu, Pengamat Hubungan Internasional dari Universitas Padjadjaran (Unpad), Teuku Rezasyah, menilai pernyataan Prabowo tidak dimaksudkan sebagai kritik terhadap AS. Ia melihat pernyataan itu semata-mata dalam konteks hubungan ekonomi.
“RI memang lebih mudah berinteraksi dengan Rusia dan China. Konteks pidato itu murni soal ekonomi, tidak menyinggung peran AS dalam konflik Gaza atau Iran,” ujarnya.
Rezasyah juga menyebut bahwa Prabowo telah lebih dahulu menerima undangan dari Presiden Rusia Vladimir Putin. Ia menilai keputusan untuk menghadiri forum di St. Petersburg merupakan bagian dari agenda jangka panjang Indonesia dalam kerja sama ekonomi dan pembangunan.
“Presiden Prabowo hanyalah manusia biasa, bukan superman yang bisa hadir di dua tempat bersamaan. Keputusan ini pun mencerminkan fokus pada prioritas nasional,” tambahnya.
Konteks Global dan Posisi Indonesia
Pernyataan Prabowo dan pilihan kehadirannya di SPIEF 2025 mempertegas sikap Indonesia yang berusaha menjaga keseimbangan dalam diplomasi global. Di tengah rivalitas antara blok barat dan timur, Indonesia tampaknya memilih pendekatan pragmatis dengan menempatkan kepentingan nasional dan kerja sama strategis sebagai prioritas utama.
Baca juga : Prabowo Disambut Hangat Delegasi RI Usai Pidato di Rusia: “Loyal Kalian!”