Bogor, Denting.id – Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, menegaskan bahwa penerapan aturan terkait kendaraan Over Dimension dan Over Load (ODOL) harus dipatuhi untuk menjaga keamanan berkendara dan kelancaran distribusi pangan nasional.
Menurut Arief, meskipun truk ODOL dapat menurunkan biaya pengiriman per unit, hal tersebut membawa risiko besar terkait keamanan. Truk yang melebihi kapasitas berpotensi merusak jalan, memperbesar risiko kecelakaan, dan mengurangi daya tahan kendaraan.
“Kalau satu truk kapasitasnya 10 ton, lalu over 2 ton, tentu biaya pengiriman per unit lebih murah. Tapi ada risikonya, dari sisi keamanan itu berbahaya. Jalan jadi cepat rusak dan risiko rem blong meningkat karena kapasitas truk melebihi batas,” ujar Arief di Bogor, Selasa (24/6/2025).
Ia mengingatkan bahwa keselamatan di jalan tidak bisa dikompromikan. “Jangan karena ingin efisiensi ongkos, kita mengorbankan nyawa dan infrastruktur. Coba cek di Cipularang, banyak truk atau bus rem blong, salah satu sebabnya ya over load dan over dimension,” tambahnya.
Jangan Hentikan Pengiriman Barang
Arief juga meminta agar pihak terkait tidak menghentikan pengiriman barang karena kebijakan ODOL. Ia menegaskan bahwa aksi mogok atau penolakan distribusi pangan akan berdampak langsung pada rantai pasok pangan.
“Kalau tidak kirim barang, dampaknya luas. Peternak, petani jadi susah, sopir juga tidak kerja, dan daerah konsumsi bisa kekurangan pasokan. Ini tidak boleh terjadi,” ujarnya.
Arief memastikan bahwa Bapanas terus berkoordinasi dengan Satgas Pangan dan pihak terkait untuk memastikan suplai pangan tetap lancar meskipun ada polemik terkait penerapan aturan ODOL.
“Ekosistem pangan kita jangan sampai terganggu, itu prioritas kita,” tegasnya.
Lebih Baik Harga Naik daripada Korban Jiwa
Menanggapi kekhawatiran soal kenaikan harga akibat pembatasan truk ODOL, Arief mengingatkan bahwa keselamatan harus menjadi prioritas utama.
“Kalau naik sedikit karena penyesuaian aturan, masih bisa dimaklumi. Tapi kalau ada kecelakaan, nyawa melayang, jalan rusak, itu biayanya lebih mahal. Jadi pilihan yang rasional itu taat aturan,” jelasnya.
Arief mengajak semua pihak untuk melihat kebijakan ODOL dalam konteks yang lebih luas, yakni keselamatan, efisiensi jangka panjang, dan keberlanjutan sistem distribusi pangan nasional.
Bapanas Dukung Penegakan Aturan ODOL
Arief menyatakan dukungannya terhadap kebijakan Zero ODOL yang sedang digodok pemerintah bersama Kementerian Perhubungan dan pihak terkait.
“Kalau di Singapura tidak ada truk setinggi ini (sambil menunjukkan tangannya). Di sini truk goyang-goyang karena dimensinya melebihi batas,” ujar Arief, mencontohkan kondisi truk di Indonesia.
Menurutnya, meskipun Bapanas tidak bertanggung jawab langsung terhadap transportasi, namun karena distribusi pangan sangat bergantung pada moda angkut darat, perhatian terhadap truk ODOL menjadi sangat penting.
Baca juga : Bapanas: Regulasi dan Pengawasan Jadi Kunci Keamanan Pangan Daerah
“Saya izin, seharusnya yang menjelaskan menteri Perhubungan gitu, Menko Infrastruktur gitu ya, tapi karena saya terkait dengan pangannya, distribusi pangannya, supaya tidak terhambat,” pungkas Arief.