Jusuf Kalla: AI Bukan Ancaman, tapi Tantangan Baru bagi Guru dan Dunia Pendidikan

Jakarta, denting.id – Di tengah derasnya arus kemajuan teknologi, Jusuf Kalla mengajak para guru tidak gentar menghadapi kecerdasan buatan (AI). Sebaliknya, menurut Wapres RI ke-10 dan 12 itu, AI justru menjadi mitra sekaligus tantangan baru yang harus dikuasai untuk tetap relevan di ruang kelas masa kini.

Wakil Presiden Republik Indonesia ke-10 dan ke-12, Jusuf Kalla, menegaskan bahwa kecanggihan Artificial Intelligence (AI) akan membawa perubahan besar dalam sistem pendidikan nasional. Ia menyebut, AI bukan sekadar alat bantu, melainkan kekuatan yang mampu menggeser cara belajar, cara mengajar, bahkan cara berpikir guru dan murid di masa depan.

“AI akan mengubah secara total sistem pendidikan, baik cara mengajar, cara menilai, hingga cara belajar itu sendiri,” ujar Jusuf Kalla dalam sambutannya pada Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) PGRI Tahun 2025 di Jakarta, Jumat (28/6).

Sebagai Dewan Pembina PGRI, JK mengingatkan para guru untuk tidak alergi terhadap teknologi. Ia menilai guru harus siap menghadapi perubahan zaman, termasuk kemungkinan murid menjadi lebih cepat menyerap informasi berkat bantuan AI.

“AI sudah menjadi bagian dari guru dan bagian dari murid. Bahkan, karena AI, murid bisa lebih pintar dari gurunya. Inilah tantangan sesungguhnya,” ucap JK.

Ia memprediksi bahwa transformasi pendidikan berbasis AI tidak akan terjadi dalam sekejap, tetapi akan berlangsung secara bertahap dan revolusioner dalam waktu 5 hingga 10 tahun ke depan. Menurutnya, kebiasaan-kebiasaan konvensional seperti menulis tangan dan penggunaan kertas perlahan akan ditinggalkan.

“Nanti bukan soal tulisan indah, tapi bagaimana menulis cepat. Bahkan kertas pun tidak akan dibutuhkan lagi karena semua sudah menyatu dalam HP dan laptop,” tambahnya.

Meski begitu, JK menekankan perlunya batasan penggunaan teknologi, khususnya gawai di lingkungan sekolah. Ia mengingatkan bahwa kebebasan murid mengakses gawai tanpa pengawasan bisa mengurangi daya pikir kritis.

“Kalau murid dibiarkan terus menerus mengandalkan AI tanpa bimbingan, maka logika mereka tidak berkembang. Guru harus tetap jadi penuntun, bukan sekadar pengawas,” ujarnya.

JK menegaskan, langkah adaptif perlu dimulai dari sekarang agar dunia pendidikan Indonesia tidak tertinggal dari negara lain.

“AI itu pasti. Yang harus kita lakukan adalah mengelola perubahan itu agar pendidikan kita tetap memiliki arah dan nilai. AI jangan menggantikan guru, tetapi memperkuatnya,” tutup Jusuf Kalla.

Baca juga : Migrant Center Resmi Diluncurkan, Pemerintah Siapkan Lompatan Pekerja Migran Terampil

Baca juga : Lompatan Energi Hijau: Proyek PLTP dan PLTS Serap Ribuan Tenaga Kerja Lokal

 

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *