Denting Sukabumi – Tahun ajaran baru 2025/2026 telah resmi dimulai, tetapi kegembiraan menyambut siswa baru tak dirasakan oleh semua sekolah. Di Kota Sukabumi, sejumlah SMK swasta justru tengah resah karena kekurangan murid secara signifikan.
Ketua Forum Kepala Sekolah Swasta (FKKS) Kabupaten Sukabumi, Dadun Abdul Manaf, menyebut setidaknya tujuh sekolah swasta hanya menerima kurang dari 10 siswa baru untuk tahun ini.
“Data kami masih sementara, tapi sekitar tujuh sekolah hanya mendapatkan murid di bawah 10 orang,” ujar Dadun kepada Denting Sukabumi, Rabu (16/7/2025).
🎓 Efek Domino Seleksi Sekolah Negeri
Kondisi ini disebut Dadun sebagai imbas dari Seleksi Penerimaan Murid Baru (SPMB) di sekolah negeri. Meskipun beberapa siswa akhirnya beralih ke sekolah swasta setelah gagal masuk negeri, penambahan itu tidak signifikan.
“Alhamdulillah ada tambahan setelah pengumuman dari negeri, tapi jumlahnya kecil. Sekarang MPLS sudah jalan, namun banyak ruang kelas swasta masih kosong,” ungkapnya.
📉 Nasib Guru Honorer di Ujung Tanduk
Kekurangan siswa ini berdampak langsung pada guru-guru honorer, terutama di sekolah swasta kecil. Dengan murid yang sedikit, jam mengajar berkurang drastis, bahkan ada yang terancam tidak mengajar sama sekali.
“Banyak guru honorer kini nasibnya tak menentu. Murid sedikit artinya jam mengajar hilang, dan itu berarti penghasilan pun ikut hilang,” kata Dadun prihatin.
⚖️ Sorotan Terhadap Kebijakan Rombel Negeri
Dadun juga menyoroti kebijakan pembatasan jumlah rombongan belajar (rombel) di sekolah negeri oleh Pemprov Jawa Barat. Ia menilai, meski dimaksudkan untuk pemerataan, kebijakan ini justru memperparah kesenjangan antara sekolah negeri dan swasta.
“Rombel negeri dibatasi, tapi nyatanya siswa tetap menumpuk di sekolah negeri. Sekolah swasta akhirnya hanya kebagian ‘sisa’,” kritik Dadun.
📣 Catatan Denting Sukabumi
Di balik data statistik dan kebijakan sistem pendidikan, terdapat wajah-wajah guru yang mengandalkan ruang kelas sebagai tempat menghidupi keluarga. Ketika sekolah sepi murid, honorer kehilangan panggung, dan pendidikan kehilangan nyawanya yang paling sederhana: hubungan manusia.