Denting Bogor: Suasana semarak, aroma rendang dan dendang talempong menggema di Botani Square Mall, Kota Bogor, saat Festival Sumarak Minangkabau 2025 digelar pada Minggu (27/7/2025). Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim, hadir di tengah ribuan pengunjung, menyaksikan langsung antusiasme masyarakat yang tak hanya merayakan keberagaman budaya, tetapi juga menunjukkan denyut optimisme ekonomi di tengah tantangan efisiensi hidup urban.
Mengusung tema “Pesona Alek Nagari Perantau Minang se-Jabodetabek Salingka Budaya dan Kuliner Minangkabau,” festival ini menjadi wadah ekspresi budaya, ruang silaturahmi, sekaligus arena perputaran roda ekonomi lokal. Lebih dari 38.000 orang memadati area festival selama empat hari penyelenggaraan, dari 24 hingga 27 Juli 2025.
“Festival ini luar biasa. Antusiasme masyarakat Kota Bogor sangat tinggi. Para pedagang juga senang karena dagangan mereka laris manis. Ini menunjukkan bahwa kegiatan budaya bisa sekaligus menjadi pemantik ekonomi,” ujar Dedie Rachim dengan penuh semangat.
Festival Sumarak Minangkabau kali ini terasa lebih hidup. Jika tahun sebelumnya digelar di GOR Pajajaran, tahun ini panitia menyuguhkannya dalam format yang lebih atraktif di dalam pusat perbelanjaan. Pertunjukan budaya, arak-arakan adat Minang, serta bazar kuliner menghadirkan suasana ranah Minang yang kuat di jantung kota hujan.
Dedie menilai, model festival seperti ini bisa menjadi salah satu strategi kreatif pengembangan pariwisata di Bogor. “Mereka datang, menikmati kuliner khas Minang, lalu mencoba makanan khas Bogor, berbelanja, dan mungkin setelah itu mencari destinasi lokal lainnya. Ini efek domino yang positif untuk kota,” ungkapnya.
Lebih jauh, ia juga menyoroti pentingnya inovasi dalam penyelenggaraan acara agar tetap relevan dan diminati masyarakat. “Kegiatan seperti ini menunjukkan bahwa ekonomi kreatif kita masih punya daya dorong yang kuat, asalkan kemasannya menarik dan menyentuh publik,” tuturnya.
Koordinator acara, Fransisca Merlina, menyampaikan bahwa festival ini bukan hanya ajang pamer budaya, tapi juga menjadi ruang nostalgia bagi para perantau Minang. “Bagi orang-orang yang merindukan kampung halaman, festival ini seperti membawa Payakumbuh dan Bukittinggi ke tengah Bogor,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Komunitas Muda Mudi Minangkabau se-Jabodetabek, Bobi Arianto, menjelaskan bahwa terdapat 40 stand makanan, terdiri dari 35 stand khas Minang dan lima stand kuliner nusantara lainnya. Menariknya, dari hasil wawancara dengan pedagang, rata-rata pendapatan harian mereka selama festival mencapai Rp20-30 juta per stand.
“Angka ini bukan hanya soal profit, tapi juga bukti bahwa masyarakat sangat merespons positif acara berbasis budaya. Harapannya, Pemkot Bogor dan dinas terkait terus mendukung agar festival ini bisa menjadi agenda tahunan,” tutur Bobi.
Festival Sumarak Minangkabau 2025 tak sekadar hiburan atau dagang kuliner. Ia adalah ruang pertemuan antara identitas, ekonomi, dan harapan — bahwa dalam keberagaman dan gotong royong, selalu ada jalan menuju masa depan yang lebih cerah.