Timnas Indonesia Butuh Striker Tajam, Bukan Sekadar False Nine

Denting.id – Menjelang babak keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia, mantan striker legendaris Arema, Singgih Pitono, menyoroti persoalan klasik di tubuh Timnas Indonesia: ketumpulan lini depan.

Tim asuhan Patrick Kluivert akan tampil di babak krusial kualifikasi yang berlangsung di Arab Saudi pada Oktober 2025 mendatang. Di fase ini, Indonesia akan menghadapi lawan berat seperti Arab Saudi dan Irak, yang dikenal memiliki lini serang mematikan. Untuk itu, Singgih menilai kehadiran penyerang murni (striker nomor sembilan) sangat dibutuhkan.

“Produktivitas striker Timnas Indonesia sangat rendah. Jika Patrick Kluivert ingin Timnas tampil ofensif, kebutuhan striker nomor sembilan adalah jawabannya,” tegas Singgih Pitono kepada Denting.id, Kamis (1/8/2025).

Kehilangan Tradisi Striker Mematikan

Menurut Singgih, sejak era Bambang Pamungkas, Boaz Solossa, dan Cristian Gonzales, Indonesia belum menemukan penerus yang sepadan di lini depan. Ketiganya dikenal sebagai striker tajam yang mampu menjadi pembeda di pertandingan-pertandingan besar.

“Kalau PSSI ingin naturalisasi, ya harus striker murni. Kita sudah terlalu lama tanpa penerus Bambang, Boaz, dan Gonzales,” ungkapnya.

Ia menilai setelah era tiga bomber legendaris itu berakhir, Timnas lebih sering mengandalkan false nine—penyerang yang tidak bermain di depan tengah secara natural, tetapi lebih banyak bergerak ke sisi sayap.

“Tipe striker kita sekarang kebanyakan false nine. Mereka main di kanan-kiri, tapi tidak punya stamina dan skill individu yang cukup untuk mencetak gol. Banyak peluang yang akhirnya mubazir,” kritiknya.

Minim Gelandang Tajam dan Cedera Ole Romeny

Singgih menambahkan, sistem false nine hanya efektif jika didukung gelandang serang dengan akurasi tembakan yang baik. Sayangnya, hal itu juga tidak dimiliki Timnas Indonesia saat ini.

“Ironisnya, kita juga tak punya second line tajam yang berani menusuk dan menembak dari lini kedua. Akibatnya, produktivitas gol kita buruk,” tegas pria yang dikenal sebagai ikon Arema era 90-an tersebut.

Kondisi makin sulit setelah Ole Romeny—striker utama Timnas—mengalami cedera patah tulang dan harus naik meja operasi. Kesempatannya untuk tampil di babak keempat kualifikasi dinilai sangat kecil.

“Rafael Struick juga belum bisa move on, sudah lama tidak main. Jens Raven terlalu dini kalau dipaksakan tampil. Sementara striker lokal, ya begitu-begitu saja,” ujar Singgih blak-blakan.

Seruan untuk PSSI

Melihat situasi tersebut, Singgih mendesak PSSI untuk bergerak cepat mencari pengganti Ole Romeny, baik dari jalur naturalisasi maupun pengembangan striker lokal yang benar-benar berkarakter sebagai finisher murni.

Baca juga : Timnas Indonesia Akan Kedatangan Dua Striker Naturalisasi Baru untuk Putaran Keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026

“Kalau mau punya kans ke Piala Dunia, jangan setengah-setengah. Kita harus punya striker yang bisa jamin gol, bukan cuma nama,” tutupnya.

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *