Denting.id – Mendampingi anak saat bertanding merupakan hal wajar dan bisa menjadi bentuk dukungan positif. Namun, dalam praktiknya, kehadiran orang tua di tribun justru kerap menimbulkan masalah di dunia sepak bola usia dini di Indonesia.
Beberapa orang tua bahkan tak segan memarahi pelatih, mengintervensi strategi, hingga mencoba menyuap agar anaknya mendapat menit bermain. Tak sedikit pula yang ikut meneriakkan instruksi dari tribun, mengganggu konsentrasi pemain dan pelatih.
Menanggapi fenomena tersebut, Simon Tahamata, selaku Head of Scouting Timnas Indonesia, memberikan himbauan tegas. Ia meminta para orang tua untuk lebih bijak saat mendampingi anaknya di pertandingan.
“Sangat disayangkan jika banyak orang yang berteriak di tribun,” ujar Simon.
“Biarkan anak-anak bermain bola. Pasti ada pelatih yang meneriaki mereka. Orang tua gak usah ikutan teriak.”
Menurut Simon, kehadiran orang tua seharusnya cukup sebagai pendamping dan penyemangat. Semua urusan teknis dan taktis di lapangan merupakan tanggung jawab pelatih.
“Orang tua boleh menyaksikan anaknya di tribun, tapi jangan teriaki anaknya. Sesuatu hal yang penting pasti akan disampaikan oleh pelatih,” tegasnya.
“Aturan tetaplah aturan. Orang tua boleh menonton, tapi tolong diam. Itu semua urusan pelatih karena berhak berteriak kepada anak-anak.”
Simon menekankan bahwa terlalu banyak campur tangan orang tua justru dapat berdampak negatif pada mental dan performa anak.
“Kasihan pelatih dan anak-anak. Kalau orang tua ikutan teriak, anak nanti mainnya jelek. Habis tanding, malah kena marah,” pungkasnya.
Simon juga menyarankan agar orang tua cukup mengantar anaknya hingga latihan dimulai dan tidak ikut campur dalam proses pembinaan. Ia percaya bahwa profesionalisme pelatih harus dihormati demi perkembangan jangka panjang para pemain muda.