Jakarta, denting.id – Bukan sekadar bahan utama cokelat, kakao kini kembali menjadi sorotan dunia medis. Penelitian terbaru yang dipimpin Dr. Howard Sesso dari Brigham and Women’s Hospital menunjukkan bahwa suplemen ekstrak kakao berpotensi memperlambat peradangan yang mempercepat penuaan, sekaligus menurunkan risiko kematian akibat penyakit jantung.
“Hal ini memperkuat pentingnya pola makan nabati yang beragam dan berwarna-warni, terutama dalam konteks peradangan,” kata Sesso, Direktur Asosiasi Divisi Pengobatan Pencegahan Brigham and Women’s Hospital, dikutip dari New York Post, Rabu (17/9).
Penelitian jangka panjang melalui uji coba COSMOS melibatkan 598 peserta berusia 60 tahun ke atas. Mereka mengonsumsi ekstrak kakao selama dua tahun dan hasilnya cukup mengejutkan: kadar salah satu protein pro-inflamasi turun hingga 8,4 persen per tahun. Dampaknya, risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular berkurang 27 persen dibandingkan kelompok plasebo.
Penulis senior studi, Dr. Yanbin Dong, menambahkan, temuan ini juga menunjukkan peningkatan interferon-γ, sitokin yang berhubungan dengan sistem imun. “Meskipun ekstrak kakao bukanlah pengganti gaya hidup sehat, hasil ini menggembirakan dan menyoroti peran potensialnya dalam memodulasi peradangan seiring bertambahnya usia,” ujarnya.
Dengan kandungan flavanol tinggi, kakao dinilai berperan sebagai antioksidan yang mampu menekan inflamasi, mencegah pembekuan darah, serta menjaga fungsi pembuluh darah. Studi ini pun semakin memperkuat posisi makanan nabati, khususnya produk kakao, sebagai salah satu kunci menuju penuaan yang sehat.
Baca juga : Suka Ngopi? Hati-Hati, 3 Makanan Ini Bisa Bikin Manfaat Kopi Jadi Sia-Sia
Baca juga : Buah dan Susu: Kombinasi Lezat yang Bisa Jaga Usus dan Turunkan Risiko Penyakit