Bogor, Denting.id – Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor, Sri Nowo Retno, mengungkapkan bahwa gangguan kesehatan jiwa menjadi penyebab kedua tertinggi Years Lived with Disability (YLDs) di Indonesia setelah gangguan otot dan rangka. Tiga jenis gangguan dengan prevalensi tertinggi secara nasional adalah depresi (3,69%), anxietas atau kecemasan (3,56%), dan skizofrenia (2,09%).
Dalam siklus kehidupan, masalah kesehatan jiwa dapat dialami siapa pun. Data menunjukkan bahwa 1,4% penduduk usia 15 tahun ke atas mengalami depresi. Sementara itu, di Kota Bogor, 22,2% penduduk mengalami kecemasan, 11,2% depresi, dan 66,6% mengalami gangguan jiwa berat, berdasarkan capaian pelayanan puskesmas hingga September 2025.
Peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia (HKJS) yang diperingati setiap 10 Oktober tahun ini mengusung tema global “Access to Service Mental Health in Catastrophes and Emergencies” dengan tema nasional “Sehat Jiwa dalam Segala Situasi.”
Tema ini menekankan pentingnya menjaga kesehatan mental dalam berbagai kondisi kehidupan, baik di masa tenang maupun saat menghadapi krisis dan bencana.
Sri Nowo Retno menjelaskan bahwa penyebab gangguan kesehatan jiwa dapat berasal dari faktor internal, seperti perubahan kondisi kesehatan, perjalanan hidup, dan tekanan pekerjaan, serta faktor eksternal, seperti kondisi keluarga, lingkungan sosial, hingga bencana.
Menurutnya, meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan jiwa merupakan hal positif, namun tetap perlu didukung oleh kemudahan akses layanan dan ketahanan mental yang baik agar masyarakat mampu menghadapi berbagai tantangan hidup.
“Dengan ketahanan jiwa yang baik, kita akan memiliki jiwa yang tangguh, siap menghadapi tantangan di segala situasi,” ujar Sri Nowo Retno.
Dinas Kesehatan Kota Bogor terus memperkuat layanan kesehatan jiwa di fasilitas kesehatan primer seperti puskesmas, rumah sakit, dan jejaring masyarakat. Upaya promotif, preventif, dan edukatif juga digencarkan agar masyarakat lebih peduli dan tanggap terhadap kesehatan mental.
Salah satu langkah konkret yang dapat dilakukan masyarakat adalah dengan menerapkan P3LP (Pertolongan Pertama Pada Luka Psikologis), yaitu:
1. Memperhatikan – kondisi psikologis orang yang membutuhkan bantuan serta situasi di sekitarnya.
2. Mendengarkan – secara empatik dan mencoba memahami apa yang dirasakan.
3. Menghubungkan – orang tersebut dengan tenaga kesehatan profesional untuk mendapatkan bantuan lanjutan.
“Mari saling peduli, saling dengar, dan saling jaga. Jiwa yang sehat adalah pondasi kehidupan yang kuat,” tutur Sri Nowo Retno.
“Mari wujudkan dalam segala situasi: kesehatan jiwa dan raga yang sehat, tangguh, dan bahagia, karena tidak ada kesehatan tanpa kesehatan jiwa,” tambahnya.
Kesimpulan:
Sehat jiwa dapat dilakukan di segala situasi.
Jika mengalami masalah, lakukan P3LP.
Jika tidak membaik, segera cari bantuan profesional.