denting.id — Asia Tenggara kembali diguncang bencana besar. Dalam waktu yang hampir bersamaan, banjir meluas di Indonesia, Thailand, dan Malaysia, meninggalkan catatan duka: lebih dari 500 orang meninggal dunia hingga Minggu (30/11/2025). Indonesia menjadi negara dengan korban terbanyak, disusul Thailand.
Gelombang banjir ekstrem ini dipicu curah hujan yang mencetak rekor ratusan tahun, memutus akses jalan, merendam permukiman hingga tiga meter, serta memaksa jutaan orang mengungsi.
Thailand: 162 Orang Tewas, PM Minta Maaf pada Warga
Di Thailand, banjir menimbulkan dampak paling besar di Provinsi Songkhla dengan 145 korban jiwa dari total 162 orang tewas secara nasional. Sedikitnya 3,8 juta warga terdampak, sementara pemerintah mengakui kurang sigap menghadapi bencana sebesar ini.
Perdana Menteri Thailand, Anutin Charnvirakul, menyampaikan permintaan maaf terbuka.“Saya benar-benar harus meminta maaf karena hal ini terjadi selama saya menjabat,” ujarnya, Jumat (28/11/2025).
Sebagai bentuk tanggung jawab, pemerintah memberikan kompensasi 2 juta baht (sekitar Rp1 miliar) kepada keluarga korban. Sejumlah warga bahkan menggambarkan detik-detik mencekam saat bertahan hidup di lantai dua rumah mereka, di tengah curah hujan 335 mm rekor tertinggi dalam 300 tahun.
Malaysia: Dua Warga Meninggal di Perlis
Malaysia turut diguyur banjir besar, meski skala korban tidak sebesar dua negara lainnya. Di Perlis, dua orang dilaporkan meninggal dunia akibat tingginya debit air dan cuaca ekstrem.
Indonesia: Korban Tembus 303 Jiwa, Sumut Paling Parah
Di Indonesia, banjir yang melanda Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat menjadi bencana paling mematikan tahun ini. Total 303 orang meninggal dunia, ratusan hilang, dan ratusan ribu lainnya terpaksa mengungsi.
Sumatra Utara menempati posisi teratas dengan 166 korban jiwa.
Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto mengatakan jumlah korban melonjak drastis setelah pencarian intensif oleh tim gabungan.“Dalam satu hari, bertambah 60 korban. Masih ada 103 orang yang hilang,” jelasnya.
Sumatra Barat mencatat 90 korban tewas dan 85 orang hilang, sementara Aceh mencatat 47 korban tewas dan lebih dari 50 orang masih dicari.
Akses Terputus, Ribuan Warga Terisolir
Kerusakan infrastruktur terjadi di hampir seluruh wilayah terdampak. Di Sumatra Utara, sejumlah kabupaten seperti Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, dan Kota Sibolga lumpuh total.
Akses darat terputus, memaksa pemerintah mengirim logistik melalui helikopter milik TNI dan pihak swasta. Kondisi serupa terjadi di Aceh, dengan jembatan nasional dan jalur Banda Aceh–Lhokseumawe rusak berat.
Sumbar pun tak luput dari lumpur dan longsor. Padang dan Pesisir Selatan menjadi dua wilayah paling terdampak, menyebabkan lebih dari 77 ribu jiwa mengungsi.
Pemerintah Gerakkan Pesawat dan Helikopter untuk Logistik
Presiden Prabowo Subianto menurunkan bantuan darurat berupa genset, alat komunikasi, tenda hingga ribuan kotak makanan. Pesawat Caravan dan helikopter Bell 505 telah diturunkan untuk menjangkau daerah terpencil yang tak dapat dilalui jalur darat.
Banjir di tiga negara ini menjadi pengingat bahwa Asia Tenggara semakin rentan terhadap cuaca ekstrem. Di tengah proses evakuasi dan pencarian yang masih berlangsung, angka korban diprediksi dapat terus bertambah.
Baca juga : ESDM Kerahkan Hercules hingga Tim Siaga untuk Pulihkan Listrik & BBM di Sumatra
Baca juga : Puing, Lumpur, dan Sunyi: Potret Terkini Palembayan yang Luluh Lantak

