Bogor, Denting.id – Siswa SMP dan SMA Sekolah Kesatuan Bogor baru saja kembali dari pengalaman berharga, yaitu program Winter Camp 2025 di Tiongkok. Selama 10 hari tinggal di kampus Huashang College, Guangzhou, para peserta mendapatkan pelajaran berharga mengenai pendidikan, budaya, dan kedisiplinan hidup, yang disebut telah mengubah cara pandang mereka terhadap dunia.
Siswa SMP Kesatuan, Jefvien Kehao, mengungkapkan kegiatannya sangat berkesan karena menjadi kesempatan pertamanya belajar hidup mandiri, mulai dari kaligrafi, latihan budaya, hingga berinteraksi dengan orang lokal.
“Hanya saja interaksi bahasanya cukup sulit karena banyak yang tidak bisa bahasa Inggris tapi untungnya yang kami temui itu bisa pakai bahasa Inggris,” ujar Jefvien, Sabtu (29/11/2025).
Keamanan dan Disiplin Berjalan Kaki
Pengalaman positif lain dirasakan oleh Grizelda Adinda Putri Kharisma yang terkesan dengan keamanan lingkungan kampus, bahkan setelah sempat kehilangan ponselnya. “HP saya jatuh di lift dan ditemukan warga, lalu diserahkan ke minimarket kampus. Itu membuat saya merasa aman sekali,” tuturnya.
Sementara itu, Apsara Embun Bening menyoroti kebiasaan masyarakat setempat yang gemar berjalan kaki. Jika di Bogor ia biasa mencatat 4.000–6.000 langkah per hari, di Tiongkok ia bisa berjalan hingga 20 ribu langkah. Selain itu, ia memuji fasilitas trotoar yang bagus dan banyaknya kendaraan listrik sehingga udaranya sejuk.
Dari jenjang SMA, Bara Iskandar Hardi menikmati kelas budaya, terutama saat mempelajari tarian Yingge. Rekannya, Nando Aditya Tirtarahardja, mengatakan tarian lion dance atau barongsai memberikan pelajaran penting mengenai kekompakan. Nando juga terkesan dengan pesatnya pembangunan infrastruktur di Tiongkok yang sebelumnya ia saksikan tahun 2024.
Pengalaman berharga ini bahkan memotivasi Mazaya Rizky Damia untuk kuliah di luar negeri setelah melihat sistem pendidikan di sana.
Memotivasi Visi Memajukan Indonesia
Guru Bahasa Mandarin SMP Kesatuan, Guo Rui Ping, menjelaskan bahwa program Winter Camp ini sudah berjalan sejak 2012 melalui kerja sama dengan pemerintah Tiongkok.
“Anak-anak melihat sendiri perkembangan infrastruktur dan teknologi di sana. Semuanya tertata dan efisien. Kami berharap ini memotivasi mereka belajar lebih giat dan punya visi memajukan Indonesia,” terangnya.
Pendamping SMA, Dini Yudiani, menambahkan bahwa kegiatan ini bersifat akademik, di mana siswa mempraktikkan langsung bahasa Mandarin dan menghadapi tantangan berjalan kaki 20–25 menit setiap hari tanpa mengeluh. Dini Yudiani melihat perubahan positif pada etos belajar, disiplin, dan cara siswa berinteraksi.

