Jakarta, denting.id — Di balik riuhnya promo tanggal kembar dan banjir diskon di berbagai platform e-commerce, para penjual kini makin jeli membaca strategi biaya promosi demi menjaga bisnis tetap cuan. Kesadaran baru ini membuat mereka tak lagi sekadar ikut-ikutan kampanye besar, tetapi menghitung matang setiap rupiah yang dikeluarkan.
Ana Khairani, pengusaha batik asal Bogor, menyebut promo seperti gratis ongkir, voucher toko, hingga kampanye 12.12 sangat efektif mendongkrak perhatian dan transaksi pembeli. Menurutnya, karakter konsumen Indonesia masih sangat dipengaruhi oleh potongan harga dan promo musiman.
“Promo tanggal kembar itu magnet banget untuk pembeli. Saya manfaatkan momentum 12.12 untuk memperkenalkan batik organik kami,” kata Ana, Kamis (4/12).
Namun di balik peluang itu, Ana mengaku belajar mengatur biaya promosi secara cermat. Mulai dari diskon jam tertentu, potongan komisi, hingga ongkos gratis kirim, semuanya ia hitung sebagai bagian dari modal pemasaran sekaligus investasi agar mereknya terus dikenal luas di pasar digital.
Penyesuaian harga pun tak terhindarkan bagi para penjual yang ingin menjaga margin tetap aman. “Yang penting tidak membebani konsumen dan masih kompetitif,” ujarnya.
Pandangan tersebut diperkuat oleh riset Katadata Insight Center (KIC) terhadap 602 UMKM. Survei menunjukkan mayoritas pelaku usaha menilai biaya platform sebagai strategi bisnis dengan skor 8,39 dari 10. Bahkan biaya admin dianggap sebagai investasi bernilai tinggi (8,45) karena dinilai membantu peningkatan penjualan dan eksposur produk.
Penilaian lainnya: biaya promosi dianggap berdampak nyata pada hasil penjualan (8,31) dan dipandang sebagai kontribusi positif terhadap performa bisnis (8,56).
Ruly Santana, pemilik Haytung Chicken, juga melihat promosi e-commerce sebagai peluang untuk memperluas pasar. Menurutnya, berjualan daring memberikan peningkatan traffic dan kemudahan menjaring pelanggan baru yang sulit dicapai lewat metode tradisional.
“Saya rutin ikut flash sale, tanggal gajian, bahkan promo harian. Tapi semuanya harus dihitung matang dengan stok produk,” jelasnya.
Sementara itu, pemerintah terus menjadikan Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) 12.12 sebagai mesin penggerak ekonomi digital. Tahun lalu, nilai transaksi belanja online diproyeksikan mencapai Rp487 triliun, angka yang terus naik dari tahun ke tahun.
Dengan penjual yang semakin melek strategi biaya dan konsumen yang kian aktif berburu promo, e-commerce Indonesia diprediksi akan tetap menjadi pusat pertumbuhan ekonomi digital dalam beberapa tahun ke depan.

