Jakarta, denting.id – Ketakutan anak terhadap suara bising dan ruang sempit mesin MRI kini mendapat solusi inovatif. Melalui pendekatan belajar sambil bermain, program edukasi berbasis LEGO diperkenalkan untuk membantu anak lebih tenang dan siap secara emosional sebelum menjalani pemeriksaan medis tersebut.
Program bertajuk “CALM MRI – Fear to Confidence: Learning Through Play with LEGO MRI Scanners” diluncurkan oleh ASEAN Foundation bersama United Way Worldwide dan LEGO Group. Inisiatif ini memanfaatkan replika mini mesin MRI dari LEGO sebagai media edukasi agar anak dapat memahami proses pemeriksaan dengan cara yang ramah dan menyenangkan.
“Program ini bukan hanya soal belajar melalui permainan, tetapi juga tentang menjaga kesehatan mental dan emosional anak, bukan sekadar kesehatan fisik,” ujar Head Strategic Planning and Business Development ASEAN Foundation, Mahmudi Yusbi, dalam keterangan tertulis, Jumat.
Edukasi Ramah Anak dengan LEGO MRI Scanner
LEGO MRI Scanner dirancang sebagai alat bantu bermain yang memungkinkan anak mengenal fungsi, suara, dan tahapan pemeriksaan MRI sebelum mengalaminya secara langsung. Dengan pendekatan ini, rasa takut dan kecemasan anak diharapkan berkurang.
Pada 2025, sebanyak 648 set LEGO MRI Scanner didistribusikan, masing-masing 324 set di Indonesia dan 324 set di Singapura. Di Indonesia, program ini dijalankan melalui kolaborasi berbagai institusi kesehatan, pendidikan, serta komunitas pendamping anak.
Mahmudi menjelaskan, mainan LEGO MRI Scanner ini untuk pertama kalinya hadir di Asia Tenggara dan diharapkan dapat membantu anak-anak di Indonesia dan Singapura membangun pemahaman sejak dini mengenai prosedur MRI.
Didukung Institusi Kesehatan dan Pendidikan
Pelaksanaan program ini melibatkan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dan RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), termasuk Departemen Radiologi, dalam mengintegrasikan metode edukasi ke dalam persiapan pasien anak sebelum MRI.
Selain itu, Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran, dan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia turut berperan, bersama yayasan pendamping anak Pita Kuning Jakarta dan Pita Kuning Yogyakarta.
Setiap sesi edukasi melibatkan mahasiswa kedokteran, mahasiswa keperawatan, relawan, serta tenaga kesehatan profesional untuk memastikan pendekatan yang akurat secara medis namun tetap ramah anak.
Dampak Nyata pada Anak
Program CALM MRI menunjukkan perubahan perilaku positif pada anak-anak peserta. Salah satunya dialami Rio, pasien anak yang sebelumnya selalu menangis setiap kali dipanggil ke ruang MRI akibat pengalaman kurang menyenangkan.
Setelah mengikuti simulasi menggunakan LEGO MRI Scanner, Rio mulai memahami bahwa suara keras mesin MRI merupakan bagian dari proses medis yang aman. Saat menjalani MRI berikutnya, ia tampak lebih tenang dan percaya diri, bahkan mampu berbaring sendiri.
Perubahan serupa juga terlihat pada pasien anak lainnya, termasuk lima anak dampingan Pita Kuning di Yogyakarta. Orang tua dan pendamping mencatat anak-anak menjadi lebih tenang, kooperatif, dan mudah diajak berkomunikasi.
Tenaga kesehatan pun melaporkan penurunan tingkat kecemasan anak selama persiapan pemeriksaan. Bahkan, dalam beberapa kasus, anak tidak lagi memerlukan sedasi berkat pemahaman prosedur medis yang diperoleh melalui permainan sebelum masuk ke mesin MRI.

