Kanker Lambung Sering Disangka Maag, Waspadai Gejalanya!

Jakarta, denting.id – Gejalanya kerap disangka sebagai sakit maag biasa, kanker lambung menjadi salah satu jenis kanker yang sulit dideteksi sejak dini.

Ketua Yayasan Kanker Indonesia (YKI), Prof. DR. dr. Aru Sudoyo, SpPD, KHOM, FINASIM, FACP, mengingatkan bahwa keterlambatan diagnosis bisa berdampak fatal karena sebagian besar pasien datang dalam kondisi stadium lanjut.

“Pada awalnya, kanker lambung sering disangka sebagai sakit maag biasa. Inilah yang membuat pasien sering datang terlambat, sehingga pengobatannya menjadi lebih sulit,” ujar Prof. Aru dalam webinar “Gaya Hidup Masa Kini: Waspada Kanker Lambung Mengintai Anda!”, Rabu (3/4).

Kanker Keempat Paling Mematikan di Dunia

Berdasarkan data GLOBOCAN 2020, kanker lambung tercatat sebagai kanker keempat paling mematikan di dunia dengan lebih dari 1 juta kasus. Dari jumlah tersebut, 719.523 kasus terjadi pada laki-laki, dan 369.580 kasus pada perempuan.

Meski kasusnya tergolong tidak terlalu tinggi di Indonesia, Prof. Aru menekankan pentingnya kewaspadaan, terlebih karena gejala awalnya menyerupai gangguan lambung biasa, seperti nyeri ulu hati, mual, atau kehilangan nafsu makan.

Baca juga : Vaksin Herpes Zoster Kurangi Risiko Demensia

Gejala Awal yang Kerap Diabaikan

Menurut Prof. Aru yang juga berpraktik di RSCM, gejala kanker lambung seringkali tidak spesifik. Beberapa di antaranya adalah:

  • Nyeri di ulu hati atau perut
  • Nafsu makan menurun
  • Berat badan turun drastis
  • Mual dan muntah (dengan atau tanpa darah)
  • Anemia
  • Rasa penuh atau begah yang tidak hilang

“Kalau setelah tiga bulan sakit maag tidak membaik meski sudah diobati, itu tanda untuk segera melakukan pemeriksaan lebih lanjut,” tambahnya.

Lingkungan Jadi Faktor Dominan

Prof. Aru menjelaskan bahwa 90–95 persen kasus kanker lambung dipicu oleh faktor lingkungan, sementara hanya 5–10 persen yang disebabkan oleh faktor genetik. Faktor lingkungan tersebut meliputi:

  • Pola makan tidak sehat (30–35%)
  • Merokok (25–30%)
  • Infeksi seperti Helicobacter pylori (15–20%)
  • Obesitas (10–20%)
  • Konsumsi alkohol (4–6%)
  • Konsumsi makanan diasinkan atau diproses berlebihan

Beberapa kondisi medis juga meningkatkan risiko kanker lambung, seperti metaplasia usus, gastritis kronis, anemia pernisiosa, dan polip lambung.

“Kanker ini memang bukan yang terbanyak di Indonesia, tapi sulit dideteksi, pengobatannya mahal, dan angka kematiannya tinggi. Merokok serta konsumsi garam berlebihan adalah dua faktor risiko yang harus benar-benar diperhatikan,” tutup Prof. Aru.

Baca juga : Konsumsi 100 Gram Protein Sehari Bisa Bantu Bakar Lemak dan Bentuk Otot, Ini Kata Ahli

 

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *