Pelajar Desa Petir Bogor Tak Hanya Menyebrang Sungai, Tapi Juga Ngarit Rumput Setiap Hari

Bogor, denting.id – Kehidupan para pelajar di Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, menarik perhatian banyak pihak.

Selain harus menyebrang Sungai Cihideung yang membentang antara dua kecamatan, para pelajar di desa ini juga rutin menggarap rumput untuk pakan ternak keluarga mereka.

Akses sungai tersebut memang menjadi jalan pintas yang digunakan para pelajar untuk mencapai sekolah, karena jaraknya lebih dekat dari rumah mereka.

Namun, perjalanan mereka tak semudah itu. Setiap hari, para pelajar yang mayoritas berasal dari keluarga petani ini tidak hanya membawa alat tulis dan buku pelajaran, tetapi juga arit dan karung.

Arit digunakan untuk memotong rumput, sementara karung digunakan untuk membawa rumput yang mereka kumpulkan setelah pulang sekolah.

Pengelola SMP Adi Bangsa Bogor, Hartati, menjelaskan bahwa sekolahnya menampung sekitar 160 pelajar, mayoritas berasal dari Desa Petir. “Biasanya, murid laki-laki yang membawa arit dan karung di tasnya. Mereka mencari rumput setiap pulang sekolah, saya sering melihatnya,” ujar Hartati.

Meski demikian, semangat belajar para siswa tetap tinggi, meskipun mereka menghadapi berbagai keterbatasan.

Baca juga : Rieke Diah Pitaloka Resmi Jadi Penasihat Pembangunan Cirebon

Hartati juga mengungkapkan bahwa para pelajar di Desa Petir jarang sekali absen, meski sering terlambat datang ke sekolah, terutama saat hujan.

Kondisi ini dimaklumi karena mereka harus menempuh jalan yang jauh dan melewati sungai yang terkadang cukup berbahaya.

Sekolah yang baru dibangun pada tahun 2020 ini telah memberikan fasilitas pendidikan yang tidak kalah dengan sekolah lainnya.

Para pelajar yang datang pukul 06.30 WIB langsung melaksanakan sholat duha, kemudian hafalan surat pendek, dilanjutkan dengan hafalan Asmaul Husna sebelum belajar seperti pada umumnya.

“Secara umum, meskipun sekolah ini baru, kita terus berusaha memberikan pelayanan pendidikan yang optimal. Di masa lalu, murid yang masuk ke sekolah ini hanya sedikit, namun dengan adanya fasilitas yang lebih baik, kini angka kelulusan lebih baik. Dari 20 murid yang masuk, biasanya hanya 10 yang lulus, namun kini kami berharap jumlah itu meningkat,” ujar Hartati.

Harapan Hartati kini adalah adanya perhatian lebih dari pemerintah setempat terhadap kualitas pendidikan, mengingat kualitas pendidikan yang baik akan berhubungan erat dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia di masa depan.

Baca juga : UNG Berduka: Rektor Eduart Datangi Keluarga Korban Hanyut

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *