Denting Sukabumi: Pemerintah Kota Sukabumi resmi menjalin kolaborasi strategis dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia (Kemenparekraf RI), melalui audiensi yang digelar pada Selasa, 22 Juli 2025 di kantor pusat Kemenparekraf, Jakarta.
Audiensi ini dipimpin langsung oleh Wali Kota Sukabumi, H. Ayep Zaki, didampingi Wakil Wali Kota Bobby Maulana, Anggota DPR RI Dapil IV Jawa Barat, dan Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata Kota Sukabumi, Tejo Condro Nugroho. Sukabumi pun tercatat sebagai daerah ke-80 yang menjalin sinergi resmi dengan Kemenparekraf.
Pertemuan tersebut menjadi momentum penting untuk memperkuat posisi sektor ekonomi kreatif (ekraf) sebagai pilar baru pembangunan ekonomi lokal. Menteri Ekonomi Kreatif, Teuku Riefky Harsya, dalam arahannya menyebut bahwa ekraf kini telah menjadi bagian dari Asta Cita—visi pembangunan nasional—sekaligus diakui sebagai “The New Engine of Growth” atau mesin pertumbuhan ekonomi baru.
“Dulu, daerah maju karena padat modal dan industri besar. Kini, pertumbuhan bisa didorong lewat informasi, kreativitas, dan kekuatan karya,” ujar Menteri Riefky.
Ia menegaskan bahwa penguatan sektor ini harus dimulai dari level daerah dengan cara kolaboratif, efisien, dan berbasis data. Pemerintah pusat, tambahnya, siap mendukung melalui program-program akselerasi, inkubasi usaha kreatif, pelatihan, hingga penguatan infrastruktur digital.
Kreativitas Lokal Jadi Aset Daerah
Wali Kota Sukabumi, H. Ayep Zaki, menyampaikan bahwa meski tidak memiliki industri besar atau destinasi wisata unggulan, Sukabumi memiliki kekuatan utama pada sektor komunitas kreatif—mulai dari pelaku UMKM, seniman, kreator digital, hingga lembaga berbasis budaya seperti Kaligrafi Lemka.
“PAD dari sektor ekonomi kreatif meningkat hingga 50 persen dalam lima bulan terakhir. Ini bukan sekadar statistik, tapi sinyal kuat bahwa ekraf harus jadi prioritas,” jelas Ayep.
Ia menambahkan bahwa yang dibangun bukan hanya produk, tapi ekosistem kreatif yang inklusif dan berkelanjutan. Kota Sukabumi ingin menjadi contoh daerah yang tumbuh lewat kreativitas warganya.
Menanggapi hal tersebut, Menteri Riefky mendorong pembentukan inkubator kreatif lokal dan koperasi kreator di tiap kelurahan. Ia juga menginisiasi pendirian Koperasi Kreator “Merah Putih” sebagai wadah legalitas dan penguatan jejaring usaha para pelaku ekraf.
Setiap kelurahan diharapkan memiliki setidaknya dua hingga tiga afilator lokal yang berfungsi sebagai jembatan pemasaran dan pendamping UMKM berbasis digital.
Program Inovatif dan Komitmen Pemerintah Daerah
Dalam pertemuan itu, Pemkot Sukabumi juga memperkenalkan sejumlah program unggulan:
Kreatif Fest 2025: Ajang pembinaan kreator dan promosi UMKM.
Podcast Kepala Daerah: Media komunikasi publik yang mengangkat isu lokal dan kreativitas warga.
Produksi film lokal, seperti Jangan Panggil Aku Ayah dan Sunda Emperor, sebagai upaya membangun ekosistem film lokal dan promosi pariwisata daerah.
Festival Kopi Sukabumi: Dijadwalkan berlangsung November 2025, menyoroti kopi lokal sebagai produk unggulan.
Menteri Riefky juga mendorong pemanfaatan algoritma digital, pelatihan live streaming, dan teknik promosi berbasis konten sebagai strategi utama menyasar pasar nasional dan internasional.
Menariknya, beliau bahkan menyatakan kesediaannya menjadi narasumber dalam Podcast Kreatif Pemkot Sukabumi sebagai bentuk dukungan nyata terhadap inovasi daerah.
Menuju Kota Kreatif Berdaya Saing
Wali Kota Sukabumi menutup audiensi dengan menegaskan komitmen pemerintah daerah untuk menjadikan ekonomi kreatif sebagai tulang punggung pembangunan. Ia menyebut bahwa kreativitas bukan hanya milik seniman, tapi milik semua warga yang punya ide dan semangat membangun.
“Kita ingin bangun kota ini dengan ide, karya, dan kolaborasi. Dukungan pusat dan sinergi komunitas akan jadi bahan bakar utama menuju Sukabumi yang mandiri dan berdaya saing,” pungkasnya