denting SUKABUMI — Musim kemarau panjang dan kerusakan infrastruktur irigasi telah memicu krisis air bersih di tiga kampung yang berada di Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Sudah lebih dari satu tahun, ratusan warga di Kampung Pondok Tisu, Kampung Legok Picung, dan Kampung Kamandoran hidup dalam kondisi kekeringan yang memprihatinkan.
Bencana kekeringan ini tak hanya berdampak pada kehidupan rumah tangga warga, tetapi juga melumpuhkan aktivitas pertanian yang menjadi tulang punggung ekonomi masyarakat setempat. Sebanyak 150 keluarga kini menggantungkan kebutuhan air bersih mereka pada bantuan pemerintah daerah, setelah saluran irigasi Leuwi Bangga jebol dan pembangunan proyek Tol Bocimi turut memperparah kondisi.
“Air sumur di sini sudah kering. Kami harus jalan kaki lebih dari satu kilometer hanya untuk mengambil air,” keluh Hindun (52), salah satu warga terdampak, Senin (28/7/2025).
Di tengah keterbatasan tersebut, bantuan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi menjadi satu-satunya harapan. Setidaknya, dua kali dalam beberapa pekan terakhir, satu unit mobil tangki berkapasitas 5.000 liter air bersih didatangkan ke wilayah tersebut.
Warga pun menyambut bantuan ini dengan penuh semangat. Dari anak-anak hingga orang tua, mereka membawa ember, jerigen, dan wadah seadanya, antre mengisi air bersih untuk kebutuhan sehari-hari—dari memasak, mencuci, hingga keperluan mandi.
Petugas Satgas BPBD Kabupaten Sukabumi, M. Imam Insani Kamal, mengonfirmasi bahwa air bersih yang disalurkan ke wilayah terdampak bersumber dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Sukabumi.
“Kami membawa tangki berkapasitas 5.000 liter. Saat distribusi dilakukan, antusiasme warga sangat tinggi, mereka sudah menunggu bahkan sebelum tangki datang,” jelas Imam.
Kondisi ini menjadi peringatan serius bagi pemerintah daerah maupun pusat untuk segera mengambil langkah jangka panjang, seperti perbaikan infrastruktur irigasi, optimalisasi embung desa, dan pengelolaan sumber daya air berbasis masyarakat. Tanpa solusi berkelanjutan, krisis air seperti ini akan terus mengancam kelangsungan hidup warga desa di musim kemarau mendatang