Denting BOGOR Polemik seputar game Roblox terus mengundang perdebatan, terutama terkait dampaknya terhadap anak-anak. Menanggapi hal tersebut, Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kota Bogor menilai bahwa pelarangan semata bukanlah solusi yang efektif. KPAID mengajak para orang tua untuk lebih proaktif dalam mendampingi anak di dunia digital.
Komisioner KPAID Kota Bogor, Geri Tri Ikanova, menjelaskan bahwa lembaganya tidak serta merta menolak atau menerima keberadaan Roblox. Ia menekankan pentingnya meninjau masalah ini secara menyeluruh, termasuk mempertimbangkan manfaat edukatif yang bisa didapat dari game tersebut. “Dari sisi pelajaran, mungkin ini bisa bermanfaat untuk mengembangkan kreativitas dan logika dasar anak,” ujar Geri.
Menurut Geri, permasalahan utama bukan terletak pada game itu sendiri, melainkan pada pola asuh dan pendampingan orang tua. Mengingat mayoritas pengguna Roblox adalah anak usia SD hingga SMP, peran orang tua sangatlah krusial. “Anak-anak di usia tersebut masih sangat membutuhkan arahan dan bimbingan. Maka dari itu, peran orang tua jadi krusial,” tegasnya. Orang tua, kata Geri, harus terlibat dan memahami apa yang dimainkan anak-anak mereka.
KPAID Kota Bogor secara konsisten mendorong penguatan edukasi parenting digital. Geri menyoroti perlunya orang tua untuk terus belajar dan memperbarui pengetahuan mereka tentang dunia digital. Pengetahuan ini penting agar orang tua bisa menilai kelayakan sebuah game untuk anak, karena tidak semua game, termasuk yang populer seperti Mobile Legends, cocok untuk semua usia.
Geri juga mengingatkan bahwa dampak buruk bagi anak tidak hanya berasal dari konten game, tetapi juga dari ekosistem digital secara umum, termasuk interaksi yang terjadi di dunia maya. Oleh karena itu, pengawasan harus dilakukan secara lebih luas, tidak hanya sebatas pada game.
Sebelumnya, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, sempat menyatakan kekhawatiran serupa. Ia menilai game seperti Roblox berpotensi memengaruhi kondisi psikologis anak akibat banyaknya konten kekerasan dan interaksi sosial yang tidak aman. Namun, KPAID Kota Bogor lebih memilih pendekatan pengawasan dan edukasi sebagai langkah preventif yang lebih komprehensif