Jakarta, denting.id – Misi perdamaian Indonesia di Gaza tidak hanya membutuhkan kemampuan tempur dan keahlian teknis, tetapi juga ketangguhan fisik serta stabilitas mental tingkat tinggi. Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto menegaskan bahwa hanya personel dengan kondisi terbaik yang akan diberangkatkan ke wilayah konflik tersebut.
“Untuk rekrutmen pasukan, yang pertama adalah tes kesehatan. Tentunya memiliki kesehatan yang baik, kemudian juga fisik yang baik, psikologi juga,” ujar Agus usai rapat dengar pendapat dengan Komisi I DPR di Senayan, Jakarta, Senin.
Agus menekankan bahwa misi kemanusiaan di Gaza menuntut kesiapan penuh, sehingga seleksi fisik dan psikis dilakukan secara ketat. Selain kondisi tubuh dan mental, pengalaman prajurit dalam operasi militer selain perang (OMSP) — baik di dalam negeri maupun luar negeri — juga menjadi pertimbangan utama Mabes TNI.
Personel yang lolos nantinya akan ditempatkan dalam tiga brigade komposit yang berada di bawah komando perwira tinggi berpangkat Jenderal Bintang Tiga. Setiap brigade mencakup tiga batalyon utama: Batalyon Kesehatan, Batalyon Zeni Konstruksi, dan Batalyon Bantuan, ditambah elemen mekanis pendukung.
Hingga kini, proses seleksi masih berjalan di seluruh matra TNI: Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin menyampaikan bahwa TNI telah menyiapkan hingga 20.000 prajurit untuk misi Gaza, dengan fokus pada kemampuan kesehatan serta konstruksi. Penyiapan ini mengikuti arahan Presiden Prabowo Subianto agar Indonesia berperan aktif dalam misi kemanusiaan internasional.
Pasukan perdamaian tersebut nantinya akan bertugas memberi layanan kesehatan, membantu pembangunan infrastruktur warga, dan menjaga stabilitas di wilayah konflik sebagai bagian dari upaya menuju proses politik yang lebih permanen. Sementara itu, TNI AU akan melanjutkan pengiriman bantuan logistik melalui metode airdrop yang telah dilakukan secara rutin tahun ini.

