Jakarta, denting.id – Di tengah menguatnya dinamika internal Nahdlatul Ulama (NU), Pondok Pesantren Cipasung memilih tampil memberikan panduan moral. Melalui sebuah maklumat resmi, pesantren berpengaruh di Tasikmalaya itu menegaskan pentingnya ketertiban organisasi dan penyelesaian persoalan melalui mekanisme musyawarah.
Maklumat bernomor 239.MLK/SEKRE/PPC/XII/2025 tersebut dirilis Senin dan menekankan kembali perlunya menjadikan AD/ART sebagai kompas organisasi guna meredam potensi gesekan di tubuh NU. Pesantren meminta seluruh elemen jamiah menahan diri dan tidak mengambil langkah yang dapat menciptakan kegaduhan di akar rumput.
Dalam pernyataannya, Cipasung mengingatkan bahwa NU merupakan amanah besar dari para kiai, ulama, serta santri, sehingga dinamika internal harus disikapi dengan penuh kebijaksanaan. Perbedaan pandangan, menurut maklumat itu, tidak boleh dibiarkan berkembang menjadi pertentangan, karena dapat menghambat konsolidasi organisasi.
Pesantren juga menyoroti posisi strategis dua badan penting NU: syuriah yang berperan sebagai penjaga arah dan nilai organisasi, serta tanfiziah yang menjalankan keputusan secara bertanggung jawab. Keduanya disebut harus kembali bekerja secara saling melengkapi.
Cipasung turut mendorong seluruh pihak menempuh jalur islah untuk meredakan ketegangan dan menjaga stabilitas internal tanpa menyudutkan pihak tertentu. Ajakan ini, kata pesantren, penting agar dinamika yang terjadi tidak menjalar hingga level jamaah dan masyarakat luas.
Selain itu, maklumat tersebut mengingatkan bahwa NU memiliki tanggung jawab besar terhadap umat, termasuk dalam merespons bencana dan persoalan sosial di berbagai daerah. Karena itu, energi organisasi diharapkan tetap difokuskan pada pelayanan masyarakat, bukan pada polemik berkepanjangan.
Sebagai salah satu pesantren yang kerap memberi pandangan moral terhadap dinamika NU, Cipasung kembali menegaskan bahwa penyelesaian konflik harus mengacu pada peraturan jamiah dan mekanisme organisasi yang berlaku.

