“4.000 KK Terisolasi di Pesisir Selatan, DPR Desak Pemerintah Tetapkan Status Bencana Nasional”

 

Jakarta, denting.id – Lebih dari 4.000 kepala keluarga di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, hingga kini masih terjebak tanpa akses bantuan memadai, setelah banjir dan longsor besar memutus jalur utama menuju Kecamatan Bayang Utara. Kondisi itu mendorong Komisi VIII DPR RI meminta percepatan penanganan dan intervensi lebih kuat dari pemerintah pusat.

Ketua Tim Kunjungan Spesifik Komisi VIII DPR RI, Lisda Hendrajoni, menyampaikan keprihatinan mendalam atas situasi kritis tersebut. Ia menegaskan bahwa akses darat yang putus total dan jembatan ambruk membuat distribusi logistik hanya memungkinkan melalui jalur udara.

“Kalau tidak dengan helikopter, sangat sulit masuk. Bantuan banyak, tapi nge-drop-nya yang sulit,” ujar Lisda saat meninjau lokasi bencana pada Sabtu (6/12).

Lisda menilai kondisi darurat yang berlangsung selama hampir dua pekan ini layak dipertimbangkan sebagai bencana nasional, karena penetapan status tersebut dapat mempercepat mobilisasi personel, peralatan berat, serta bantuan logistik yang selama ini terhambat.

Selain itu, ia juga mengungkap adanya titik kritis baru berupa retakan tanah besar yang mengancam 23 rumah, dengan total 1.336 jiwa yang terancam harus diungsikan jika kondisi tanah terus bergerak.

Komisi VIII bersama BNPB, Kemensos, dan sejumlah mitra kerja disebut akan menyalurkan bantuan lanjutan untuk memperkuat upaya pemerintah daerah dan relawan di lapangan. Kendati mengapresiasi respon cepat dari jajaran daerah, Lisda menegaskan perlunya langkah lebih besar dari pusat.

“Koordinasi pusat dan daerah tidak boleh kalah cepat dari bencananya. Sudah 13 hari warga terjebak dan tidak semua bisa mendapatkan makanan cukup. Dua hari mungkin aman, tetapi dua minggu sangat berbahaya,” tegas Lisda.

Sementara itu, Bupati Pesisir Selatan Hendrajoni membenarkan bahwa akses menuju Bayang Utara nyaris mustahil ditembus. Menurutnya, sebagian relawan bahkan harus berjalan kaki sejauh 32 kilometer untuk membawa sembako ke permukiman terdalam.

Hingga kini, upaya penanganan masih berjalan, namun kebutuhan akan percepatan dan dukungan pusat semakin mendesak mengingat ribuan jiwa masih menanti bantuan di wilayah terdampak.

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *