Kelamin Ganda Aman Secara Medis, Tapi Harus Penuh Dukungan Psikologis

KABUPATEN BOGOR (Denting.id) – Kasus kelamin ganda kembali menyita perhatian publik, kali ini terjadi di Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Seorang remaja berinisial TAP, 15 tahun, yang sebelumnya terdaftar sebagai perempuan, kini diketahui memiliki alat kelamin pria.

Kepala Puskesmas Cibungbulang, dr. Doni Aria, menjelaskan bahwa kasus kelamin ganda berkaitan dengan kelainan genetik atau gangguan perkembangan alat kelamin. “Mungkin bukan kelamin ganda, tapi ada kelainan perkembangan alat kelamin atau genital. Jadi terlihat seperti kelamin wanita atau sebaliknya,” ujar dr. Doni, Minggu (15/12/2024).

Menurutnya, faktor penyebab kondisi ini meliputi kelainan bawaan, gangguan hormon, dan proses perkembangan alat kelamin yang tidak sempurna. Meski secara medis kondisi ini tidak menimbulkan ancaman serius bagi kesehatan fisik, dampak psikologisnya bisa sangat signifikan.

Baca juga : Remaja di Cibungbulang dengan Kelamin Ganda, Berjuang Mengubah Status Gender

“Dampak khusus pada kesehatan fisik tidak ada. Tapi secara psikologis, kondisi ini bisa menjadi beban yang berat bagi individu yang mengalaminya,” jelasnya.

Awal Penemuan yang Mengejutkan

Kasus ini pertama kali terungkap ketika ibu TAP, Sukarsih, menyadari adanya perubahan fisik pada anaknya saat mandi bersama. Sukarsih mengaku terkejut ketika melihat bentuk lain di area kelamin anaknya yang sebelumnya ia kenal sebagai perempuan.

“Saya kaget, kok ada bentuk lain di bagian kemaluannya,” ungkap Sukarsih, yang sehari-hari berprofesi sebagai pedagang gorengan.

Baca juga : Disdukcapil Angkat Bicara Terkait Remaja Berkelamin Ganda di Cibungbulang

Keluarga kemudian membawa TAP ke puskesmas untuk pemeriksaan lebih lanjut. Hasil pemeriksaan medis dan laboratorium menunjukkan bahwa TAP kini memiliki alat kelamin pria, meskipun sejak lahir ia didaftarkan sebagai perempuan.

Dampak Psikologis

Perubahan ini tidak hanya mengejutkan keluarga, tetapi juga berdampak besar pada kehidupan TAP. Sebagai remaja, TAP kini harus menghadapi tantangan psikologis dan sosial akibat perubahan identitas gendernya.

Kasus seperti ini, menurut para ahli, sering kali membutuhkan pendekatan multidisiplin, melibatkan dokter spesialis, psikolog, dan konselor untuk mendukung individu dan keluarganya dalam menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi.

Baca juga : Jelang Nataru, Lalin Puncak Masih Lancar Minggu Ini

TAP kini dirujuk ke rumah sakit untuk pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut. Keluarga berharap kondisi ini dapat ditangani dengan baik agar TAP bisa menjalani kehidupan yang lebih stabil dan percaya diri.

Kasus ini menjadi pengingat bahwa meski kondisi kelamin ganda aman secara medis, perhatian terhadap kesehatan mental dan dukungan sosial adalah hal yang sangat penting untuk individu yang mengalaminya.

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *