Doha, Denting.id – Perwakilan kelompok Hamas bertemu dengan negosiator penyanderaan Amerika Serikat (AS), Adam Boehler, dalam beberapa hari terakhir di Doha, Qatar. Pembahasan utama dalam pertemuan itu adalah pembebasan seorang sandera berkewarganegaraan ganda AS-Israel yang masih ditahan di Gaza.
Penasihat politik pemimpin Hamas, Taher Al Nono, mengonfirmasi pertemuan tersebut. “Beberapa pertemuan telah berlangsung di Doha dengan fokus pada pembebasan salah satu sandera berkewarganegaraan ganda. Kami telah merespons secara positif dan fleksibel demi kepentingan rakyat Palestina,” katanya kepada Reuters.
Selain isu sandera, kedua belah pihak juga membahas skema kesepakatan bertahap untuk mengakhiri konflik berkepanjangan antara Israel dan Hamas. “Kami telah menyampaikan kepada delegasi Amerika bahwa kami tidak keberatan dengan pembebasan tahanan sebagai bagian dari pembicaraan ini,” tambah Nono.
AS Optimistis dengan Proses Negosiasi
Negosiator AS, Adam Boehler, menyebut diskusi dengan Hamas berlangsung konstruktif. Dalam wawancara dengan CNN dan saluran TV Israel N12, ia menyatakan bahwa pemerintahan Trump saat ini berfokus pada pembebasan 59 sandera yang tersisa serta mencari solusi untuk mengakhiri perang di Gaza.
“Menurut saya, ada peluang besar untuk kemajuan, dan dalam beberapa minggu ke depan, beberapa sandera mungkin bisa kembali,” kata Boehler.
Sinyal positif juga datang dari Israel dan Hamas yang tengah menyiapkan tahap lanjutan negosiasi gencatan senjata. Mediator terus berupaya memperpanjang gencatan senjata yang telah berlangsung selama 42 hari sejak Januari lalu.
Delegasi Hamas telah bertemu dengan mediator Mesir untuk membahas kelanjutan gencatan senjata, sementara Israel mengirim negosiator ke Doha pada Senin untuk merundingkan kesepakatan tersebut.
Utusan khusus Presiden Donald Trump, Steve Witkoff, menegaskan bahwa pembebasan Edan Alexander—pria 21 tahun asal New Jersey yang diyakini sebagai satu-satunya sandera AS yang masih hidup di Gaza—menjadi prioritas utama.
Alexander, yang merupakan tentara Israel, diyakini ditahan Hamas sejak serangan lintas batas pada 7 Oktober 2023. Boehler berharap pembebasan Alexander, bersama jenazah empat sandera AS-Israel lainnya yang telah meninggal, dapat membuka jalan bagi pembebasan lebih banyak sandera di masa mendatang.
Pembicaraan ini menandai perubahan kebijakan AS, yang selama puluhan tahun menolak bernegosiasi dengan Hamas, kelompok yang dikategorikan sebagai organisasi teroris oleh Washington.
Ketegangan Masih Tinggi di Gaza
Serangan Hamas ke Israel pada Oktober 2023 memicu perang berkepanjangan yang telah menelan lebih dari 48.000 korban jiwa di Gaza, menurut pejabat kesehatan setempat. Sementara itu, Israel mencatat 1.200 warganya tewas akibat serangan tersebut, dengan 251 orang disandera.
Dalam kesepakatan gencatan senjata yang berlaku sejak 19 Januari 2025, Hamas telah membebaskan 33 sandera Israel serta lima sandera Thailand, dengan imbalan pembebasan sekitar 2.000 tahanan Palestina.
Namun, ketegangan belum sepenuhnya mereda. Menteri Energi Israel, Eli Cohen, pada Minggu kemarin menginstruksikan penghentian penjualan listrik ke Gaza sebagai bentuk tekanan terhadap Hamas agar membebaskan para sandera.
Meskipun pasokan listrik Israel ke Gaza sudah diputus sejak awal perang, kebijakan ini diperkirakan berdampak pada fasilitas pengolahan air limbah yang masih beroperasi.
Di sisi lain, laporan medis di Gaza menyebut seorang warga Palestina tewas akibat tembakan Israel di Shejaia, Kota Gaza, pada Minggu. Militer Israel mengklaim serangan itu ditujukan kepada kelompok bersenjata yang tengah menanam bom di dekat pasukan mereka.
Baca juga : Ribuan Warga Gaza Berbuka Puasa di Tengah Reruntuhan Perang
Dengan situasi yang masih genting, negosiasi ini menjadi harapan baru bagi penyelesaian konflik dan pembebasan lebih banyak sandera dalam waktu dekat.